Temukan Saya

Twitter : @daenggun Facebook: Darmawansyah Gunawan E-Mail : darmawangun@gmail.com

Sabtu, 29 Juni 2013

You are The Apple of My Eye

By: Unknown On: Sabtu, Juni 29, 2013
  • Share The Gag

  • Bukan mau sok-sok menulis resensi tentang film tapi entah kenapa setelah saya menonton "You are The Apple of My Eye" mendorong saya untuk melakukannya. Film ini saya tonton hampir seminggu lalu namun sampai sekarang saya masih terngiang-ngiang akan setiap adegan dan Quotes yang ada di dalam film tersebut, mungkin karena ceritanya yang RUAAAR BIAASAA bagusnya atau bisa jadi karena si Shen Chia-yi (Michelle Chen) pemeran utama wanitanya yang manisnya keterlaluan (gula mah lewat). Mungkin ada yang bilang saya berlebihan sampai saya pun menulis kata 'luar biasa' seperti yang ada  diatas, namun saya bisa jamin 100 % uang kembali *eh, untuk teman-teman film ini masuk dalam kategori WAJIB TONTON. Beberapa kali saya menonton fil-film Asia dengan tentu saja korea dan India sebagai perwakilannya, saya bisa katakan ini yang paling rekomended dan sekali lagi WAJIB TONTON. Dan yang jelas setelah menonton film ini perasaan kita akan bingung menentukan sikapnya antara kita ingin senang, sedih, tertawa atau malah kita dibuat bingung.

    Film ini adalah film Taiwan yang dibuat tahun 2011 (dan saya baru menontonya di 2013) yang disutradarai oleh Giddens Ko, berdurasi 110 menit. Kisah film ini dimulai dengan 2 pria yang menyuruh temannya untuk segera berangkat ke pernikahan. Kemudian penonton dibawa flashback ke masa remaja sang tokoh utama, Ko Ching-Teng (diperankan oleh Ko Cheng-Tung) atau panggilannya Ko-Teng. Ko Ching-Teng saat itu adalah pelajar SMA di suatu SMA di Taiwan dan bersahabat dengan Hsu Bo-Chun, si tukang ******* (sory saya sensor karena???), A-Ho, Lao-Tsao, Liao Ying-Hung alias Liao Gai-Bi. Ko-Teng dan teman-temannya merupakan murid bengal dan jahil sehingga nilai-nilainya tidak ada yang beres. Semua sahabat Ko-Teng menyukai dan berusaha mengejar murid terpintar di kelas, yaitu Shen Chia-Yi (Michelle Chen). Ko-Teng sendiri tidak terlalu tertarik pada Shen Chia-Yi. Hingga pada akhirnya, kenakalan Ko-Teng dan teman-temannya membuat Ko-Teng “berkenalan” dengan Shen Chia-Yi walau mulanya sikap di antara mereka saling judes.

    Hingga pada suatu hari, Ko-Teng, entah mengapa, menolong Shen Chia-Yi di saat dia memiliki kesempatan untuk menjahilinya. Shen Chia-Yi yang tidak paham mengapa Ko-Teng menolongnya, berusaha untuk berterima kasih dengan mengajarkannya pelajaran agar nilainya membaik. Dari sini lah, hubungan antara Ko Ching-Teng dan Shen Chia-Yi mulai tumbuh, kalau anak-anak sekarang bilangnya Unyu-unyu. Dari sini banyak konflik yang terjadi di antara mereka, juga melibatkan teman-teman mereka, hingga pada akhirnya penonton dibawa kembali pada acara pernikahan yang disebutkan di awal. Bagaimana ujung dari usaha teman-teman Ko Ching-Teng mengejar Shen Chia-Yi? Atau malah ada apa-apa antara Ko Ching-Teng dan Shen Chia-Yi? Jawabannya lihat saja filmnya yo. 

    Cerita yang ditawarkan 'You are The Apple of My Eye' sebenarnya sederhana, ringan, dan mirip dengan kehidupan sehari-hari. Mungkin hal ini terjadi karena film ini di adaptasi dari novel dengan judul yang sama yang ditulis oleh Giddens ko sang sutradara yang konon adalah kisah hidupnya sendiri ck..ck..ck. Benar-benar ringan, romantis, menghanyutkan bin maknyus. Tambahan sedikit film ini mungkin harus ditonton oleh yang sudah dewasa minimal 18 tahun ke atas karna banyaknya adegan-adegan 'konyol' yang layak sensor. Film ini benar-benar menguras energi jiwa dan raga meskipun yang saya bilang tadi bahwa ceritanya sederhana namun plotnya bagai roller coaster pasar malam. Tiba-tiba naik,tiba-tiba turun, tiba-tiba belok, tiba-tiba bergelombang. Dan yang paling penting film ini benar-benar menguras.....

    Dari film ini saya mengenal Shen Chia-yi (Michelle Chen)yang dari awal film mungkin terlihat biasa namun lama-kelamaan semakin kita masuk ke dalam  filmya semakin keterlalaluan dan kurang ajarlah pesona dari kecantikannya. Sebelum saya mengakhiri resensi amatiran ini, saya mengambil beberapa Quote dari film ini yang menurut saya menarik;

    Ini quote dari Shen Chia-Yi sesaat setelah dia memberikan tugas pada Ko Ching-Teng namun Ko-Teng mengejeknya bahwa Shen Chia-Yi meremehkannya.

     "yang aku pandang rendah bukan orang yang nilainya jelek. yang aku pandang rendah adalah orang yang sendirinya tidak mau belajar giat tetapi memandang rendah orang yang belajar giat"

    Ini quote ketika Ko Ching-Teng menerima nilai ujian yang bagus dan bergaya sok terhadap Shen Chia-Yi.

    "sebetulnya, apalah hebatnya mengerjakan ini. aku berani bertaruh 10 tahun lagi, walaupun aku tidak tahu apa itu 'log',hidupku akan baik-baik saja." 

    masih banyak Quote menarik lainnya, karena Adzan subuh sudah bekumandang jadi tulisan ini cukup sampai disini. wassalam

    Kamis, 27 Juni 2013

    Java Overland

    By: Unknown On: Kamis, Juni 27, 2013
  • Share The Gag
  • SOLO menjadi tempat yang membuat saya rindu untuk kembali (sory kalau agak lebay ), kota dimana kembali terangkat setelah walikotanya menjadi fenomena, kota yang membuat saya kagum tentang arti kebersahajaan. ini sekelumit cerita singkat yang saya bawa dari sebuah perjalanan singkat yang saya lakukan beberapa minggu yang lalu. sebuah cerita tentang kekaguman dan kebersahajaan (mempertegas). biarpun saya merasa sudah sering mengunjungi tempat-tempat yang baru, jujur saja saya masih sering mengeneralisasi bahwa selama masih di Indonesia semua pasti sama. jelas selama perjalanan dari ujung timur Jawa ke Ujung baratnya, yang ada dipikiran saya bahwa Makassar still the best city in Indonesia (sok2 British) seperti warga New York yang bangga menyebut dirinya New Yorker, seperti warga barcelona yang enggan di sebut spaniard Ck..Ck..Ck... dan otak saya selalu memaksa untuk mencari kesamaan dan perbedaan, kekurangan dan kelebihan Makassar dengan kota-kota yang saya singgahi selama perjalanan. 

    dan hasilnya adalah (disambut dengan musik 20 century fox dalam setiap opening filmnya)saya tidak menemukan kelebihan Makassar sebagai sebuah kota selain kelebihan pete-petenya (angkot) dalam arti sebenarnya..hehehe. Dari sisi kepadatan bangunan dan kontur kota mungkin sama dengan Makassar namun Solo sebagai sebuah kota mampu dibuat teratur dan tertata. Dari sisi mentalitas warganya saya rasa sangat timpang, disana saya merasa diajarkan bagaimana orang kota tinggal disebuah kota, dibanding di Makassar yang mengaku orang kota namun masih bermental kampung. Bukan bermaksud menjelekkan namun itu yang saya rasakan. 

    Sebagai contoh selama saya disana jarang sekali saya mendengar suara klakson kendaraaan entah itu motor ataupun mobil meski lalu lintas sedang ramai-ramainya,di Makassar jangan ditanya, di lampu merah yang jelas-jelas kita harus berhenti masih saja ada orang ciprik yang memainkan klaksonnya. Belum lagi ditengah-tengah kemacetan parah yang jelas-jelas maju kena mundur kena, kelakson seperti parade fufuzela alat musik afrika selatan yang terkenal akan kebisingannya selama piala dunia 2010 lalu. Saya pernah membaca kutipan seorang pengamat kota yang saya lupa namanya mengatakan seperti ini "kota yang peradaban dan kebudayaannya tinggi memiliki intensitas bunyi klakson kendaraannya yang rendah"  
    contoh lain yang membuat saya kagum, zebra cross yang di Makassar  hanya berfungsi sebagai mural..heheh menjadi tempat yang benar-benar aman untuk kita menyebrang, setiap kali ada warga yang akan menyebrang, serentak kendaraan seakan ada yang mengkomando untuk berhenti dan mempersilahkan orang-orang untuk menyebrang dan lagi-lagi tidak ada suara klakson. Dan yang lebih penting saya kira adalah warganya seakan-akan menjadi "humas" yang baik untuk kotanya yang jika saya menangkap, di jidat-jidat mereka tertulis selamat datang di kota kami mudah-mudahan anda merasa nyaman berada dikota kami selamat datang kembali, sesuatu yang mereka tidak katakan namun dari gerak pola tingkah laku mereka mengatakan itu kepada saya, itu lah yang mungkin disebut kebersahajaan. 

    mereka menunjukkan kepada saya bahwa seperti inilah sebenarnya kita bersikap sebagai warga kota, tidak perlu terlihat modern namun menunjukkan sebuah peradaban
    dalam tulisan saya ini banyak mengangkat interaksi di jalan raya karena menurut saya disitulah kita menemukan sebuah identitas dan entitas sebuah kota, menemukan wajah lugu dan tak berdosa dari sebuah kota. jika ingin melihat watak warganya lihatlah interaksi orang-orangnya di jalan raya. Makassar saya merasa akan seperti itu juga namun tidak sekarang, maklumlah karena kita yang ditimur baru merdeka kurang lebih 15 tahun sedangkan mereka merdeka sudah 68 tahun...heheheh. jadi peradaban kita tertinggal 50 tahun dengan mereka. hal-hal inilah yang membuat saya selalu ingin mengunjungi tempat-tempat yang baru,tidak sekarang mungkin nanti ketika konsep Indonesia tidak lagi ada di benak kita masing-masing, ketika konsep indonesia bisa kita tuliskan diatas kertas baik dari teman-teman yang di timur maupun yang dibarat dengan tarikan pinsil dan goresan pena yang sama..tsaaah, dan yang terakhir dan yang paling penting adalah kalau ada modal kodong,mungkin ada yang mau mensponsori..hehehhe.wassalam