Temukan Saya

Twitter : @daenggun Facebook: Darmawansyah Gunawan E-Mail : darmawangun@gmail.com

Rabu, 12 Agustus 2015

Reuni? Ayo!..kemudian prett...

By: Unknown On: Rabu, Agustus 12, 2015
  • Share The Gag
  • "Teman masa kecil adalah cermin bagi kita cermin yang memantulkan masa silam kita. teman masa kecil dibutuhkan untuk menjaga keutuhan masa silam, memastikan diri tak menyusut-mengerut,bahwa diri tetap bertahan pada bentuknya. untuk itu ingatan mesti disiram seperti bunga dalam pot karnanya kita perlu kontak  dengan teman masa kecil sebab merekalah saksi mata dari masa silam" 

    Paragraph di atas saya ambil dari tulisan Zen Rs salah satu penulis favorit saya ketika membahas tentang Reuni. sangat dalam dan membuat Reuni tampaknya punya alasan untuk kita lakukan. Beberapa minggu ini tab notifikasi dibeberapa social media yang saya punya riuh  rendah dan menariknya semua dengan tema yang sama-Reuni. Dari teman inilah, teman itulah, dari tongkrongan sana  sampai tongkrongan situ. Dari semua notifikasi tentang reuni,saya lebih menanggapi dari teman-teman seangkatan waktu kuliah dulu. Alasannya sederhana tanpa menafikan teman-teman semasa kecil hingga SMA,menurut saya yang punya sumbangsih lebih membentuk karakter kita sebagai manusia itu ya, dimasa-masa kuliah dulu karena jenis manusianya yang heterogen. So lewat tulisan yang rencananya singkat ini saya mau cerita sedikit kepada teman-teman seangkatan saya dulu tentang Reuni yang entah bagai lagu syahdu namun makin kesini semakin sumbang..aisss

    To whom it my concern, my fellas in Incredible 2005

    Tentu saja ingatan-ingatan kita tentang kampus dengan segala printilannnya masih tersimpan rapi di bilik otak kita masing-masing. Dari senang, sedih,konyol,stres dan rasa-rasa yang lainnya. Terang saja karena usia kita lepas dari kampus belum terlalu lama. Mengenai ingatan-ingatan itu, sebagian teman mungkin ingin cepat-cepat menggalinya kembali. Sebelum menulis ini saya sempat mampir ke forum kita di Facebook. Ada beberapa postingan lama tentang ajakan Reuni. Serentak beberapa komentar menyambar dengan sangat semangat malah ada yang detail tentang tempat serta waktunya, dan apa yang terjadi.....nothing happen.   

    Tidak..tidak saya bukan mau mencibir atau menertawakan itu tapi mari kita berpikir kembali, apakah Reuninya kita sebagai Incredible sifatnya sudah sangat mendesak? apakah keharusan kita bertemu kembali dalam waktu-waktu sekarang ini sebegitu mengusik bagi kehidupan sebagian teman-teman? mudah-mudahan tidak. Menurut saya keinginan besar  untuk berkumpul lagi dalam waktu dekat sebaiknya diurungkan dulu, bukan tanpa alasan kenapa harus seperti itu, mesti diingat seperti yang saya katakan di awal bahwa usia kita keluar dari kampus belum terlalu lama. Sebagian kita atau mungkin hampir semua masih menata kehidupannya masing-masing. Ada yang mulai mapan, ada yang masih struggle menuju kemapanan atau malah mungkin masih ada yang hidupnya masih blangsak seperti saya. Jangan sampai keinginan kita bertemu untuk sebagian teman cuma dijadikan menu tambahan untuk sebuah upacara kenangan kepada sebagian teman yang lain. Saya cuma mau bilang kekinian kita sudah kelewat menyita waktu. Maka prettlah dengan segala kenangan dan Reuni.   

    Alasan lain kenapa mesti diurungkan dulu, bukannya saya su'udzon kita ini belum terlalu dewasa menyikapi hidup. Pasti ada yang rindu, pasti ada yang tulus bertemu karena lama tak berjumpa. Namun mungkin ada beberapa kita ingin bertemu karena ingin memperbandingkan kesuksesan, membandingkan nasib, atau malah menertawakan kesialan sebagian teman. Betapa mengerikannya jika betul itu terjadi, Reuni yang kita gadang menjadi tempat hahahiiihii mengingat masa lalu namun sebagaian kita tak bisa menikmati karena sedari awal telah terhakimi secara sosial  dari sebagian kita yang lain. 

    Baru-baru ini kalau tidak salah angkatan 80 atau 85 jurusan kriminolog Universitas Indonesia mengadakan Reuni pertama kali mereka semenjak mereka lulus. Bayangkan butuh sekitar 30 tahun mereka untuk bereuni. Kenapa bisa selama itu hanya untuk sekedar berkumpul? disamping mungkin karena baru sekarang mereka punya waktu dan kesempatan,menurut saya sepertinya memang disaat sekarang menjadi waktu yang tepat ketika mereka sudah selesai dengan hidupnya masing-masing. Mereka bertemu di usia yang tak perlu menyertakan ego di dalamnya. Mereka bertemu ketika kedewasaan itu telah betul-betul menemukan arti yang sebenarnya. Mereka bertemu di saat hidup sudah ditaraf menikmati setelah lelah berjuang. Maka jadilah Reuni mereka terasa hangat, pertemuan antar sahabat yang saling meninggikan satu dengan yang lain. 

    Jadi untuk teman-teman hebat saya di Incredible tak harus meniru mereka memang, tak perlu juga harus menunggu sampai berpuluh tahun untuk kembali bertemu tapi utuk sekarang mungkin belum menjadi waktu yang tepat dengan alasan-alasan yang telah saya sebutkan di atas sebagai pertimbangannya. Simpan dulu keinginanan itu, konsentrasi saja kepada manusia botak lucu nan menggemaskan yang fotonya telah menggantikan avatar kalian, konsentarsi saja dulu dengan karir kita masing-masing, konsentrasi saja dulu mencari jodoh yang belum punya jodoh (curcol:)) karena bertemu hanyalah soalan waktu.

    NB: Jangan terlalu serius bacanya mas-mba ini semua bercanda kok,kalau besok mau reuni tetap hubungi saya yes... :D




    Kamis, 02 April 2015

    Arti Penting Cesar dan YKS Untuk Indonesia

    By: Unknown On: Kamis, April 02, 2015
  • Share The Gag
  • Entah sudah berapa program yang dicipta para kreatif Trans Tv setelah YKS (Yuk Keep Smile) dipaksa lengser namun tak juga membuat pengiklan antri. Kejayaan YKS memang fenomenal,Mewabah dan meruah. Dari ketidak sengajaan Cesar mengekploitasi tubuhnya untuk joget patah-patah di bulan Ramadhan lalu akhirnya menjadi hits di seluruh Indonesia. Namun sayang karena keteledoran Cesar sendiri yang akhirnya acara ini harus dibanned oleh KPI.  Cesar harus mengakhiri bulan madu singkatnya dengan televisi karena ucapan yang katanya menghina Benyamin Sueb, panutan sekaligus Legenda para seniman Betawi. Pro-kontra mengiringi, ada yang kecewa sekaligus banyak yang melompat kegirangan saking senangnya program itu dihapus, karena katanya Cesar dan konco-konconya itu mematikan nalar. Tak taulah, sampai sekejam itukah acara joget-joget bisa mematikan Nalar sebuah bangsa.

    Ok-ok saya mungkin termasuk orang yang mencibir acara yang membayar Olga 30 juta per episodenya ini, namun jujur saya menikmati setiap kali Soimah teriak “oplosan” lagu yang sarat pesan moral itu. Dari sekian banyak ketidak bermutuan acara ini saya mendesak bapak Chaerul Tanjung memerintahkan anak buahnya untuk membuat YKS lagi. Kenapa?katanya acaranya ra mutu. Begini-begini, YKS itu menurut saya adalah anomali terbesar bangsa ini. Liat saja setiap episodenya studio penuh sampai meluber keluar hanya untuk joget bersama. Anak tak bisa sekolah, makan pun susah tapi masih bisa berjoget girang. Bangsa mana yang bisa begitu. Apalagi sekarang hidup terasa makin berat dan lamban. Pemerintahan baru sepertinya masih demam panggung, yang jadi korban adalah kita-kita ini dan para orang-orang tua yang memikirkan keberlangsungan hidup keluarganya. Rupiah lemah selemah-lemahnya, BBM naik, beras dan susu tak terbeli, Listrik dan gas diam-diam merangkak. Jadi kenapa YKS dan Cesar sangat mendesak karena alasan itu.

    Yakin saya ketika ada LSM luar yang mengukur happinest index sebuah bangsa mengumumkan hasil risetnya bahwa Indonesia masuk dalam kategori Negara paling berbahagia di dunia karena tempat surveynya pasti di Studio YKS. LSM itu pasti geleng-geleng kepala, setelah berkeliling Indonesia dengan segala macam keruwetannya tapi ada satu tempat di  mana masyarakat kelas bawah tampak asik berjoget tanpa hirau bagai Negara ini baik-baik saja. Tidak ada yang bisa melakukan itu selain YKS lewat komando Cesar. Negara tak mengakomodasi rakyatnya namun ketika mereka mencari sendiri pengalihan dari beratnya hidup tapi kenapa Negara membungkam. Kita ini bangsa yang paling kreatif di dunia. Negara tak bisa memberikan jaminan hidup, ibu-ibu rela antri bersama tiga anaknya sedari siang hanya untuk joget sambil berharap Olga mendatangi memberikannya Rp 50.000. Tak ada lapangan pekerjaan, Ely Sugigi dengan brilian mengumpulkan cabe-cabean untuk dijadikan penonton bayaran di YKS. Gara-gara acara itu berapa banyak keluarga yang akhirnya harapannya kembali tumbuh karena bisa mendapat sampingan pendapatan hanya dari joget yang paling heboh.  Tak ada bangsa selain Indonesia yang bisa begitu. Liat saja Swedia, Negara super makmur ini dilanda huru hara karena ribuan karyawan Eriksson di PHK. Di Indonesia setiap hari ratusan orang di PHK tapi kenapa tak berontak karena sekali lagi bangsa ini terlalu kreatif. Ketika di pecat mereka punya motor akhirnya jadi tukang ojek. Masih ada sisa pesangon, membuka counter pengisian pulsa di depan rumah. Orang-orang Swedia tak berpikir sampai kesitu makanya rusuh.

    Jadi apakah saya harus membuat petisi untuk membuat YKS bangkit lagi. Lebay memang tapi harus diakui YKS menjadi Oase bagi sebagian orang. Luhut Panjaitan kepala staf kementrian (posisi yang diada-adakan Jokowi) kemarin bilang semuanya akan baik ketika memasuki tahun ke tiga pemerintahan. Namun untuk mencapai kesana dengan strategi rakyat sebagai penanggung beban, dengan hormat saya katakan itu Jahannam pak. Keberadaan YKS dan Cesarnya adalah bentuk protes secara halus dari sebagian rakyat namun ketika orang-orang yang ada di ruang-ruang kelas entah Mahasiswa, Dosen dan para Profesor ikut berjoget saya takut nanti jogetnya dengan turun ke jalan. Ngeri kalo ini terjadi Sir.


    Jumat, 20 Maret 2015

    Sastra: Antara menjadi Mahasiswa, Mace Indah dan Kansas

    By: Unknown On: Jumat, Maret 20, 2015
  • Share The Gag
  • "Selamat datang di rumah kebudayaan”!. Hari pertama menjejakkan mimpi dan angan di fakultas Sastra Unhas kalimat itu sempat membuat saya terkesiap sekaligus membuat saya merinding, sungguh!. Spanduk panjang tanpa sentuhan Corel draw ataupun Photoshop itu terpampang sepanjang koridor menjadikannya bentuk sempurna dari gapura penyambutan.

    Saya kuliah di fakultas Sastra Unhas dari tahun 2005 dan berhasil mental di 2011. Untunglah bisa keluar ketika semester masih dikisaran 12 karena predikat legenda tak jadi disematkan kepada saya.  Berbahagialah kata salah satu teman karena saya masih di level Sesepuh. Sama saja Anjirrr!. Terlalu banyak keriaan dan kesedihan yang bisa saya ceritakan ketika masih menjadi warganya sampai mungkin media ini tak mampu menampung. Menjadi anak Sastra ketika dunia memimpikan menjadi Arsitek atau membuka praktek Dokter umum menjadikan pilihan saya terlihat aneh  yang kadang orang  tak mengerti  dan saya pun begitu. Sempat merasa salah tempat namun akhirnya sadar untuk meneruskan dan mau tak mau menikmati.

    Euphoria Pesta,buku, dan cinta saya rasakan betul selama di sana. Saya ada ditahun-tahun di mana semuanya mulai beralih dan berubah. Mulai ditiadakannya Ospek yang katanya menjadi momok dan kemunculan flash disk yang saat itu menjadi kebanggaan ketika mengalungkannya di leher setelah sekian lama cuma mengenal disket. Saat dimana wifi belum semarak dan hanya bisa didapatkan diperpustakaan-kita belum bisa menggalau lewat Facebook maupun twiter. Saat dimana ketika berangkat dan pulang kuliah alunan suara  Ariel dan Ian kasela setia menemani dari radio butut daeng si empunya pete-pete (angkot). Romantisme mahasiswa ketika berjaya menurunkan Suharto 98 lalu masih terasa dan makin menjadi ketika film Soe hok Gie keluar di bioskop. Gegara film itu semua orang ingin terlihat menjadi Gie yang saya kira kala itu sejenis batu Giok.  Orang-orang lalu lalang dengan menenteng buku yang tebal nya ampuh untuk mengusir begal “Catatan Seorang Demonstran” dengan gambar water mark Nicholas Saputra nyempil di sampulnya. Yes, akhirnya ada seorang China yang mengajarkan kita lebih dalam tentang nasionalisme ketika sekian lama cuma dijadikan ceng-cengan rasial dengan celetukan “Siapa yang jaga toko?” ketika ada teman yang bermata sipit. Perempuan Sastra pun begitu, masih terlihat “macho” karena belum ada celana yang membuat cewe’-cewe’ itu susah untuk buang air besar. Semua highlights itu membuat saya terkekeh dan merindu. What a wonderfull!

    Oh iya saya lupa memberitahu, saya kuliah di jurusan Sastra Inggris (Sasing). Mungkin ada yang tak setuju, namun saya merasa jurusan saya ini menjadi main core nya Satra Unhas. Berbicara Sastra Unhas ya harus berbicara Sastra Inggris. Dengan sumber daya yang meruah tak pelak mahasiswa Sastra Inggris menjadi faktor dominan. Tanpa menafikan jurusan lain yang ada di Sastra ya, mari kita jujur-jujuran Sastra Inggris mau tak mau menjadi kawah Chandradimuka-nya wece-wece (cewek-cewek) unyu di Sastra, iya kan?. Berbicara cinta dalam trilogi Pesta,buku, dan cinta kiblatnya  ya anak-anak Sasing. Tak perlu cakep-cakep amat yang penting anak Sasing pasti anda dilirik, apalagi yang wajahnya segaris dengan Chelsea Islan atau Maudi Ayunda..begh tak usah ditanya. Mereka menjadi madu dari banyaknya lebah. Tak saja untuk wece-wece, kami para pria-pria Sasing tak lantas Insecure karena banyaknya saingan dan tingginya demand. Tak mampu bermain (tidak laku) di internal Sasing masih banyak bunga di luaran sana yang menunggu,sadaap. Kembali lagi ke teorinya tak perlu cakep-cakep amat yang penting anak Sasing. Untuk teman-teman di Sejarah, Arkeologi,Sastra Daerah, Perancis, Indonesia, Arab dan Jepang akuilah bahwa faktanya memang seperti itu.heheheh..piss.

    Sorry kalau ada yang tersinggung dan tak setuju dengan pendapat saya di atas. Tak ada maksud untuk berusaha menciptakan kelas apalagi ke-eksklusif-an, ini murni subjektifitas saya, percayalah  semuanya akan berakhir dan bermuara di mace Indah atau mace Muli'. Mace-mace menjadi panggilan akrab kita untuk sang peri sekaligus dewi penolong ketika masa-masa cekak karena kiriman uang orang tua kian menipis di akhir bulan. Ibu-ibu yang hidup dari jualan Indomie,kopi dan gorengan ini menjadi thesis mahasiswa Sastra yang tumbuh dan mulai mencari jatidiri dengan membaca Marx ataupun Nitze. Diskusi lepas selalu dimulai dari depan lapak yang jauh dari kata mewah. Dengan beberapa bangku panjang sedari pagi telah dijejali pantat-pantat yang teriak bahwa Agama itu Candu sampai Ayat-Ayat Cinta-nya Habiburahman el Shirasy. Tak ada sekat jurusan dan angkatan tak ada sekat kaya ataupun miskin biarpun orang-orang bilang mace-mace itu untuk segmen mahasiswa seperti saya, mahasiswa yang ekonominya ada di level  menengah ke bawah…entahlah. Mace-mace juga bisa menjadi tempat mencari sparing partner gea (berdebat) setelah semalam tadi mengisi kepala dengan buku-buku Sastra dan pergerakan biarpun cuma sampai di halaman kata pengantar. Semuanya menjadi sah di arena yang  tak sengaja diciptakan para mace-mace itu.

    Kharisma mace-mace sedikit memudar ketika Kantin Sastra a.k.a Kansas eksis kembali. Kantin yang pernah dipakai pak Bondan syuting untuk bilang maknyus ini perlahan mengambil hati. Coto Makassar, Ayam penyet, Sop Saudara sampai kopi Dg Sija menjadi hiasannya. Siapa yang tak tergoda setelah sekian lama cuma mengecap makanan itu dari kuah Indomie saja. Kantin yang awalnya hanya diisi oleh mahasiswa sastra sendiri perlahan terkena Invasi dari anak-anak tetangga. Kansas berada di Sosial Peninsula begitu saya menyebutnya. Karena letaknya di tengah FIS (Fakultas Ilmu Sosial) mengakibatkan anak Sastra tak lagi menjadi penguasa sendiri ketika anak Ekonomi dan Hukum mulai mengambil alih. Tak heran ketika dulu di jeda waktu kuliah yang bertepatan dengan jam makan siang kita tak perlu antri dan leluasa mendapatkan meja. Namun lamat-lamat sudah seperti restoran bintang 5 yang mengharuskan reservasi dulu sebelum mendapatkan tempat saking ramai dan padatnya. Lebay?iya,heheu. Setelah invasi terjadi motivasi untuk makan di Kansas menjadi bias. Bukan lagi makan karena lapar semata tapi ada agenda yang lebih besar dari itu apa lagi kalau bukan memanjakan mata melihat wece-wece super ucul anak-anak Ekonomi dan Hukum. Sudah menjadi stereotype hampir di semua kampus di Indonesia bahwa mereka memiliki “bunga-bunga” di atas rata-rata. Perut terisi mata pun tercuci, sebuah perpaduan yang lengkap. Buat saya yang pas-pasan Kansas hanya untuk minggu pertama di awal bulan ketika dompet masih menyembulkan Sukarno dan Gusti Ngurah Rai. Ketika telah berteman dengan sang Penenun songket dan Pattimura saya tau harus kembali kepangkuan siapa.

    Hmmm….Dua tempat yang punya ceritanya masing-masing seperti antara Anyer dan Jakarta-nya Sheila Madjid begitu juga antara Mace Indah dan Kansas memiliki nada yang sama.  Maka Wawan bersabda “Orang-orang yang merugi di Sastra adalah ketika mereka tak mendapatkan cerita dari keduanya”.heheu

    NB: foto tulisan ini saya cuma comot langsung dari google, maaf untuk yang punya foto di atas saya pakai sebagai header tulisan saya. terima kasih sebelumnya.



    Kamis, 05 Maret 2015

    Bulutangkis yang Senyap

    By: Unknown On: Kamis, Maret 05, 2015
  • Share The Gag
  • Mencoba konsisten hari ini saya menulis lagi. sejak saya membuat blog ini saya sudah berikrar kalau setiap bulan blog ini harus saya beri makan. Tak peduli ada yang membacanya atau tidak. Tak heran karena "ketidak pedulian" sampai hari ini kunjungannya cuma dikisaran 3.000-an, kasihan. Tak apalah, terima kasih untuk teman-teman atau sesiapa yang telah sudi mampir ke blog ane ini, sekali lagi terima kasih. 

    Maret seperti biasa saya selalu menyisipkan doa di dalamnya karena kebetulan saya lahir di bulan ini. Tak ada yang istimewa kecuali notifikasi Facebook dan Twiter yang terus berbunyi karena basa basi ucapan selamat. Saya juga berterima kasih untuk itu. loh..loh.. kenapa saya curhat yes padahal saya mau menulis tentang bulu tangkis. Maaf pemirsa.

    Biarpun sepak bola sudah menjadi seperti agama bagi saya namun selalu ada tempat buat bulutangkis di hati saya. Seperti kebanyakan orang Indo lainnya, Bulutangkis sudah menjadi bagian dari irama kehidupan kita layaknya sepak bola bagi bangsa Brazil. Sedari kecil kita sudah akrab dengan suara Sambas menyuruh kita berdoa dari rumah untuk mendoakan tim Thomas dan Uber kita ataupun komentar populernya dengan "ragu-ragu Icuk" merujuk kepada Icuk Sugiarto salah satu dari banyaknya juara dunia yang kita milki ketika sedang bertanding di TVRI dulu. Kita pernah ikut menangis haru ketika Susi dan Alan meraih medali emas pertama sepanjang sejarah keikut sertaan kita di Olimpiade. kita pernah begitu bangganya di saat Hendrawan dengan sangat heroik menjadi penentu kemenangan tim Thomas kita atas Malaysia untuk kembali menjadi juara dunia untuk kali kelima berturut-turut. 

    Emas Olimpiade dan juara dunia. Tak ada olahraga selain bulutangkis yang bisa sepongah itu. Namun perlahan tapi pasti olahraga kebanggaan kita ini mulai pudar dan terlupakan. Generasi sekarang mungkin mentok pada nama Taufik Hidayat setelah itu hampir tak ada yang membicarakan bulutangkis lagi. Cara paling mudah melihat bagaimana olahraga tepok bulu ini tak lagi membuat kita hirau adalah lewat sosial media. Di Asian games lalu kita merebut dua emas namun TimeLine Twiter saya adem ayem kecuali akun-akun bulutangkis dan wartwawan olahraga yang saya follow saja yang ramai selain itu, nol. Beda dengan ketika akhir pekan tiba timeline penuh sesak dengan Twitwar fans klub sepakbola luar negri. miris? saya bilang iya

    Banyak yang bilang prestasi kita menurun. Mungkin ada benarnya kalau membandingkannya dengan masa lalu. Namun mari kita berpikir lagi semenurun-menurunnya kita di olahraga ini level kita masih tetap sama, tetap di level dunia. Tontowi/Lilyana jadi juara dunia bersama Hendra dan Ahsan 2013 lalu,catat juara dunia. Gelaran Thomas cup 2014 lalu yang notabene sebagai Piala Dunianya bulutangkis disektor putra, kita jadi unggulan pertama. Selayaknya piala dunia sepak bola kita ini seperti Spanyol yang disetiap kejuaran yang diikutinya selalu menjadi unggulan. Kita punya gelaran prestisius setiap tahun lewat Indonesia open dengan level SuperSeries Premier yang jika di Tennis setara dengan turnamen level Grand Slam. Dari 12 gelaran Super Series setiap tahunnya cuma ada 5 gelaran yang berlevel Super Series Premier dan Indonesia adalah salah satunya. Itu artinya kita masih menjadi negara dengan kekuatan bulutangkis yang diperhitungkan di dunia. 

    Salah dua yang menyebabkan kita tak lagi menengok olahraga ini mungkin karena jarang malah tak pernah lagi ada kejuaran yang dicover media kita. Stasiun-stasiun televisi kita tak ada lagi yang punya niatan untuk menyiarkan bulutangkis. Trans 7 mungkin beberapa tahun ini menyiarakan Indonesia Open karena dilaksanakan di Indonesia namun kejuaraan lainnya, jangan ditanya. Televisi kita lebih rela mengeluarkan ratusan milyar untuk membeli hak siar liga-liga sepak bola luar dibanding membeli hak siar bulutangkis yang saya yakin jauh lebih murah. oke-oke pasti mereka berpikir tentang keuntungan dan lain-lain dari menyiarkan sepak bola dibanding bulutangkis. Tapi saya masih tetap yakin apa-apa yang menyangkut Indonesia pasti tetap akan menjadi perhatian, coba deh. RCTI mendapatkan keuntungan paling tinggi ketika menyiarkan AFF 2010 lalu. jumlah penonton yang menyaksikan AFF 2010 lalu jauh lebih banyak di bandingkan Piala dunia 2006 untuk ukuran pemirsa televisi di Indonesia. Malah AnTV dan TvOne tekor dan tak balik modal ketika membeli lisensi siaran piala dunia Brazil 2014 lalu. Ada yang bilang itukan sepak bola jadi wajar AFF Cup banyak yang nonton. Ok, saya berikan satu fakta. Indonesia Open yang ditayangkan Trans 7 setiap tahun mendapatkan rating nomor satu disetiap jam penayangannya. Trans 7 selalu untung makanya selalu membeli dan menayangkannya setiap tahun.see!

    Masih soal siar mensiarkan, sepak bola sudah kita mahfum lah karena skala penggemarnya yang sangat besar menjadi pertimbangan televisi untuk menyiarkan. Sepak bola yang statis cuma sepanjang 90 menit mudah pengaturannya dengan acara-acara lain dibanding bulutangkis yang satu match saja bisa 60 menit dimana bulutangkis punya 5 kelas. jadi mungkin menjadi pemikiran stasiun tv kenapa tidak menayangkan bulutangkis karena waktunya yang tak menentu. Pada kasus lain usut punya usut ternyata PBSI bayar kepada TVRI untuk 3 jam penayangan Sirkuit Nasional (Sirnas) bulutangkis. Ironis sangat ironis, RCTI membeli hak siar Arsenal vs Indonesia ketika kita dibantai 7-0 lalu sebesar 200 M namun untuk melihat tontonan bulutangkis PBSI harus bayar kepihak Tv untuk sudi menyiarkan. Hmmm,Untuk olahraga yang berprestasi kita harus membayar dulu untuk menontonnya namun olahraga yang kisruhnya lebih banyak dari prestasinya orang berbondong membelinya. Di situ kadang saya merasa wakwaw!!!

    Saya mengerti tulisan dan nyinyiran saya ini tak akan merubah apa-apa. Sebagai pecinta bulutangkis tak usah manja. tak usah menghalangi orang yang lagi cari rejeki, mungkin dengan menyiarkan sepakbola mereka bisa makan. alhamduliilah saya punya rejeki bisa pasang Cable dirumah jadi bisa menonton hampir semua kejuaraaan bulutangkis dunia lewat tv berbayar. Mudah-mudahan kelak bulutangkis kembali menjadi tuan rumah "di negrinya" sendiri. Amin





    Selasa, 24 Februari 2015

    Oscar yang Tak Memerlukan Eli Sugigi

    By: Unknown On: Selasa, Februari 24, 2015
  • Share The Gag

  • Kemarin saya sempat menonton siaran ulang pagelaran Oscar di HBO, sengaja saya menunggu re-run nya karena sudah ada subtitle bahasa nya ,hehehe. Gelaran tahunan untuk orang-orang film dunia itu telah memasuki angka 87. Dikomandoi oleh Neill Patric Harris acara ini seperti biasa berlangsung dengan elegan tanpa basa-basi. Oh iya saya juga sempat menonton penghargaan Oscar tahun lalu kalau terperhatikan ada garis yang sama menyangkut MC. Tahun lalu dibawakan oleh Ellen Degeneres seorang stand up komedian yang kebetulan lesbian. tahun ini juga seperti itu Neill Patric Harris seorang stand up komedian yang juga gay (homo). kebetulan? entahlah, mungkin pihak Akademi (panitia) ingin menyampaikan pesan tertentu lewat cara mereka menunjuk Host nya.

    lewat tulisan yang rencananya pendek ini saya tak akan membicarakan Birdman yang menjadi film terbaik atau Julian Moore yang memenangi aktris terbaik, bukan..bukan. Selama menonton ada kerenyahan dan dinamisasi rasa yang terasa. Timing tawateriakan dan maksud tepuk tangan keluar sangat pas. Penonton yang sebagian besar artis Hollywood itu tau bagaimana mengapresiasi seseorang. Kemarin cukup banyak momen-momen canggung yang terjadi. saya berpikir kalau itu di Indonesia pasti orang cuma bingung dan melongo. Seperti yang dialami Pawel Pawlikoski sutradara Polandia yang memenangkan film berbahasa asing terbaik  lewat fimnya berjudul IDA. Sempat terbata dengan raut muka tegang bercampur bahagia tak tau mau berkata apa.Beruntung teriakan dan tepuk tangan penonton seakan menyelamatkannya. setelah itu dia dengan lancar berbicara dengan rasa terima kasih yang mengulang pada speech kemenangannya. 

    Tak ada rasa bosan yang menghinggapi selama pagelaran yang berlangsung kurang lebih dua jam itu. mungkin karena tak ada gimmick bertele-tele yang dipaksakan. Oscar semalam membuktikan banyak hal salah satunya bahwa cita rasa dan apresiasi seni orang-orang Amiriki itu (sengaja bukan Typo) sudah di level dewa. Mereka tak perlu lagi seseorang dengan headphone sebesar Gaban untuk mengarahkan mereka untuk bertepuk tangan. Mereka tak memerlukan lagi jasa seorang Elly Sugigi mengkoordinir penonton yang bisa diperintah tuk tertawa dan bertepuk tangan dalam satu waktu. Mereka tak perlu menunggu ajakan melakukan standing ovation layaknya Anang ketika mendengar suara Regina di Indonesia Idol lalu karena mereka melakukannya tanpa sadar dan sangat alamiah. Adagium bahwa kita tertinggal 50 tahun dengan mereka untuk urusan menghargai karya seni dan mengapresiasi seniman ada benarnya.













    Rabu, 18 Februari 2015

    Kita Sendiri Yang Mengolok-olok Islam

    By: Unknown On: Rabu, Februari 18, 2015
  • Share The Gag
  • Semakin kesini saya merasa Islam makin jauh dari citra sebagai agama bagi semesta alam (rahmatan lil alamin), Islam makin merosot Islam bagai perangkap menuju kebodohan. Saya tak mengerti apa itu konspirasi Yahudi, Freemason, Iluminati dan sebagainya yang kata banyak orang kumpulan  penggembos Islam. Selalu saja kita menyalahkan orang lain untuk membenarkan keadaan kita sekarang. Ah taunya kita menggerutu tapi tak pernah sadar apa yang telah kita perbuat. Tak usahlah kita menengok kebodohan di sebrang macam ISIS dan Al Qaida di dalam negri sepertinya kita sendiri yang sedang mengolok-olok agama Allah ini dan parahnya pemuka agama juga yang ikut serta.

    Tak tau sejak Suharto jatuh makin banyak orang "unyu" memakai jubah Islam. Tiba-tiba berkumpul dan berikrar sebagai pembela Islam. Pawai tanpa helm dengan teriakan Allahuakbar yang lama-lama membuat kata maha besar itu levelnya sama dengan “Apa kabar?” karna terdegradasi maknanya. Pemuka agama bergelar ustad makin banyak. Makin banyak bicara makin kosong karena cuma bermodal ilmu komunikasi tanpa ilmu agama. 

    Kita diolok sebagai agama pedang. Kita diolok bahwa Islam menyebar dengan perang. Padahal tak ada satupun kata pedang di Al Qur’an. Kenapa bisa begitu? Ya karena kita sendiri. liat saja acara Beriman di Trans Tv. Setiap eposidenya cuma menampilkan perang ini perang itu. Kisah Al fatih penakluk Konstantinopel, perang badar, perang Uhud, Perang khandak, Salahuddin Al Ayubi. itu saja terus yang diulang. Ya terang saja agama kita diidentikkan dengan pedang karena kita sendiri menjadi “Hipster’’nya.

    Agama ini agama mesum dan cabul. Ini selalu kita dengar. Tanya kenapa? Ya karena para ustad itu terus mengulang tentang hadiah puluhan bidadari di Surga. Iya bidadari, seakan-akan agama ini seksis tanpa tempat bagi perempuan, seakan-akan ada pesta seks di surga nanti. Agama tempat bagi tukang kawin juga sering mampir di telinga. Terlepas ada hadist yang mengatakan kita boleh beristri lebih dari satu dalam Islam namun lamat-lamat hal ini dieksploitasi dijadikan jualan sebagai legitimasi libido. Para aktivis poligami itu terus meneriakkan puncak keimanan perempuan itu ketika dia rela dipoligami. Eh bodoh ko dipiara, puncak ketakwaan kita dalam islam itu ada di rukunnya-Syahadat, Sholat,Puasa, Zakat, dan Haji bukan pada kerelaan dipoligami. Yang paling KZL di Bandung ada yang membuat klub Poligami, Naudzubillahminzalik. Kumpulan orang bodoh ada di situ saya rasa. Memakai agama sebagai legitimasi menikahi perempuan-perempuan muda nan cantik dan molek. Katanya mengikuti Nabi, ok ok saya mau Tanya untuk para Poligamiers itu adakah yang memoligami Isrtinya untuk seorang janda tua renta??? Tak usah dijawab saya sudah tau jawabannya. 


    Pernah saya mendengar ada Ustadzah yang ngomong orang Islam tak boleh memelihara anjing karena tak akan ada malaikat yang mendekat kerumah yang berimbas kita tak akan mendapat rahmat. Lagi-lagi kita mengolok-olok, selemah itukah malaikat sampai takut terhadap lolongan dan geraman anjing. Sini deh tak kasih ingat tentang Maliq dan Israil. Pintu neraka dijaganya, nyawa dicabutnya masa karena anjing takut sih, apa lagi kalau cuma anjing Ciwawa takut tidak, malah ngegemesin. Saya mengingat cerita Buya Hamka yang memiliki dua ekor anjing peliharaan yang selalu ada di kolong rumahnya. catat BUYA HAMKA!!!

    Olok-olokan terus berlanjut dan kita keliatan semakin bego. Pemuda muallaf Tionghoa yang dipanggil ustad itu mengeluarkan statemen dalam seminarnya bahwa memakai dan membajak karya orang itu halal karena semua itu milik Allah pokoknya semua milik Allah. Juga paling sering kita dengar bahwa Indonesia milik Allah yang seakan-akan dia ingin mengatakan negri ini hanya untuk kaum Muhammad saja. Yup saya mengerti dunia dan seisinya kuasa Allah tapi hidup di dunia ini juga harus punya aturan. Kalau Nabi berprinsip sama tidak mungkin nabi mengeluarkan dan mencetuskan ide brilian dalam “Piagam Madinah”. Menjadi konstitusi pertama di muka bumi ini yang isinya menghargai hak-hak manusia lainnya. Di situ kadang saya merasa wakwaw.

    Tau ah gelap. Remeh memang kelihatannya tapi kalau kita mau jujur-jujuran itu yang selalu ada di permukaan. Tantangan Islam makin lama makin besar tapi bukannya menjadikan pondasinya makin kuat namun justru jadi agen pengkebiri Islam. Tak usah dulu kita bahas ISIS, Syiah vs Sunni, Ahmadyah, khilafah. yang remeh itu justru yang masuk ke ruang-ruang hidup kita. Mama curhat dong sampai jamaah..oh jamaah. umat Islam tidak akan pintar lewat curhatan dan tangisan yang dipaksakan di akhir ceramah. 
      

    Kamis, 12 Februari 2015

    Ayolah Piyu dan Dani. Keep it up Noah, Nidji, & J Rocks

    By: Unknown On: Kamis, Februari 12, 2015
  • Share The Gag

  • Kali ini mau sedikit bahas musik setelah beberapa waktu fokus ke sepak bola. Tak taulah kenapa tiba-tiba saya mau bahas musik, bisa jadi karena greget liat Rafi dan istrinya jadikan Dahsyat jadi program keluarganya. Hampir tak ada acara musik kini yang benar-benar fokus. selalu saja ada gimmic-gimmic tak penting. Acara musik tapi musiknya sendiri jadi anak tiri. Acara musik tapi isinya malah orang memasak, lomba dance Dangdut sampai masalah kehidupan presenternya yang mengambil banyak durasi. Tak usah lagu, video klip musisi sekarang di taruh pas kredit titel muncul. Banyak orang bilang kualitas musik kita menurun, apa iya? ada benarnya kalau Dahsyat dan Inbox jadi rujukan. Jadi sebenarnya bukan kualitas musik kita yang menurun tapi sepertinya kita yang harus mengganti tontonan dan rujukan.

    Memang semenjak MTV sudah tak ada, musisi kita tak punya tempat ideal lagi memperkenalkan karya-karya mereka. Tak pernah kita tau album mereka kapan keluarnya, video klip mereka kita bisa liat dimana. Beruntung bagi penikmat musik yang melek internet bisa melihat lagu-lagu mereka di twiter ataupun di youtube. Itulah kenapa banyak karya-karya yang bagus seperti tenggelam karena televisi tidak mau meng-coverage mereka. yang di cover televisi cuma Wali yang bisa meng-ea...ea..ea.. penonton, ada Cita-citata dan Soimah, Trio d'Terong plus Nassar dan Saipul Jamil, atau memberikan banyak waktu bagi Aliando dan Prilly bernyanyi biarpun lipsing. Mungkin karena itu semua kelihatannya musik kita menurun kualitasnya karena yang disorot itu-itu saja.

    Maka lewat tulisan ini saya memohon dengan sangat untuk Piyu dan Dhani untuk bangun;

    ayolah bangun mas-mas kumpul lagi seperti dulu. jangan karena ke-egoisan kalian teman-teman anda luntang lantung. ayolah mas-mas bikin lagu lagi. saya kangen dengan Kangen-nya Dewa. ayo mas Piyu jangan ditunda lagi bikin lagu sedahsyat "Sesuatu yang Tertunda". saya menaruh harapan besar ke mas-mas karena kalian yang mengantar saya dewasa dengan lagu-lagu jancok kalian. kalian jangan egois, karena kalian Andra harus cari obyekkan bikin Backbone, Once tak tau harus buat apa di Dewa akhirnya memilih resign, ayolah mas Dhani cukup sudah ngurus dede-dede gemesnya di MahaDewi dan Dewi-Dewi. juga mas Piyu ayolah kumpul lagi dengan PADI jangan karena anda Yoyo dan Ari harus frustasi sampai Syabu karena tak ada pemasukan. haruskah saya melihat PADI kw 2 di Musik kimia nya Ustad Fadli dan Rindra untuk melepas kerinduan terhadap lagu-lagumu? ayolah jangan egois. beberapa kali mas Piyu bikin lagu tapi jujur jelek mas karena tak ada campur tangan Rindra, Fadli, Yoyo, sama Ari di situ. ayolah dengan memohon sangat, bangun lalu cuci muka ada yang lagi sakit. saya percaya musik kita bisa lebih berwarna dengan kualitas yang seperti dulu lagi kalau mas-mas sudah campur tangan. ok mas

    Sudah ah untuk mas Dhani dan mas Piyu muda-mudahan cepat bangun. Kalau tak mau bangun juga apa boleh buat yang penting masih ada Raisa #eh. Waktu mas Dhani dan mas Piyu tidur untung ada sekumpulan anak muda yang tak keblinger macam Noah (peterpan), Nidji, dan Jrocks. Kalau menilik catatan musik kita 10-15 tahun kebelakang ketiga band ini harus kita mark dengan pensil 2b.  Ariel dkk muncul sebagai pembaharu musik Indonesia mulai dari musikalitas sampai penampilan mereka. Biarpun agak mirip dengan U2 ataupun the Doors tapi mereka beda. Jadi trendsetter tak bisa dihindari, liat musik kita setelah Peterpan keluar hampir semua band penampilan dan musiknya ke-Peterpan-Peterpan-an. 

    Setelah musik semua seragam ada Nidji yang tak mau ikut arus. Biarpun dikatakan menjiplak habis Brith Pop macam ColdPlay ataupun The Killers tapi mereka beda dan tak sama dengan Peterpan. Setelah masa Nidji sepertinya musik kita memasuki masa kelam karena rombongan Kangen,ST12 dan Radja merajalela, semua musik menjadi melayu. Musik kita kembali ke masa 80an sampai awal 2000an ketika band-band Jiran macam Slam,Spoon, dan Eksis datang menyerbu. 

    Di era ini ada Iman dkk yang sedikit waras dengan membentuk J Rocks. Seperti Nidji yang kontroversial karena meniru Brithpop, JRocks berlaku sama. Yup JRocks muncul dengan genre yang tak biasa, Japanese Rock. Bairpun dianggap mencontek habis-habisan Laruku (Larc-en-ciel) superband asal jepang namun harus diakui Jrocks membuat perbedaan ditengah mendayu nya lagu melayu. So Keep it up guys sambil menunggu Piyu dan Dhani menghabiskan masa hibernasinya.

    Senin, 09 Februari 2015

    Melawak Berdiri Harus Duduk Sesekali

    By: Unknown On: Senin, Februari 09, 2015
  • Share The Gag
  • Anjas Chambank salah satu Komika (Stand Up Komedian) Makassar  menjadi bahan bincang sekaligus cercaan semalam hingga pagi ini. Hal itu tersulut karena materi stand up nya yang dicuplik Kompas Tv ditengarai menghina PSM  Makassar. Sudah kepalang basah ketika perkataan sudah keluar, si empunya mulut harus menanggung konsekuensinya, Anjas mau tak mau harus safari ke kelompok suporter PSM untuk meminta maaf sekaligus mengklarifikasi bit (candaan) pada materi stand up nya.

    Anjas menjadi komika kesekian yang  harus meminta maaf karena materi stand up nya. sebelum-sebelumnya ada David Nurbianto yang harus mendapat "masalah" akibat materinya dianggap menghina Persikabo  klub sepak bola asal Bogor. Ada Fauzi "oji" komika asal Medan yang harus berlaku sama karna soalan materinya dinyana menjatuhkan etnis tertentu. terakhir dan paling konyol si kemal Pahlevi harus muncul di youtube untuk meminta maaf kepada para Wota fans garis keras JKT48 karena "Tuhan" mereka diroast.

    Stand Up komedi booming di Indonesia di pertengahan 2011 lalu dan akhirnya meledak sampai sekarang. Stand up kini menjadi budaya pop baru di Indonesia. dipelopori oleh 5 orang  Pandji, Raditya Dika, Adriandi, Isman Hs, dan Ernest Prakasa yang akhirnya berkembang dan membentuk wadah Stand Up Indonesia. kesenian ini bisa dibilang sebagai ice breaker dari kebosanan dan kemuakan kita dengan komedi hina fisik dan slapstik. Bagai Oase, stand up bisa menjadi alternatif lain dalam menikmati komedi. Pun begitu selain kebosanan dengan genre komedi yang lain stand up komedi bisa begitu berkembang di Indonesia karena bisa menjadi corong kegelisahan orang-orang, kata bung Karno sebagai penyambung lidah rakyat. persoalan-persoalan yang dulu menjadi gosip jalanan bebas dilantangkan di atas panggung. coba tengok ketika Pandji pertama kali muncul stand up di Youtube berbicara tentang legalisasi Ganja. Soleh solihun pertama kali muncul di Metro Tv dengan bit meledek Surya Paloh. Bagaimana Ernest Prakasa bebas bilang babi ke Wiranto dan ARB dalam special shownya 'ILUCINATI". Para komika menjelma sebagai kalifah mewakilkan keresahan kita. Itulah mungkin bagaimana genre komedi ini bisa begitu dicintai. 

    Melihat kasus-kasus di atas mau tidak mau pasti akan sering terjadi. melihat sejarah stand up yang berasal dari Amerika juga tidak lepas dari berbagai kontoversi. Keriaan stand up di Amerika bermula pada tahun 1960an. Konten lawakannya berisi hal-hal yang tabu di masyarakat dibawakan dengan vulgar di atas panggung. Bahkan pada saat itu para Komika sengaja menghitamkan wajahnya karena ingin mengejek warga kulit hitam Amerika. Hari ini ada Chris rock dan alamarhum Robin Williams yang isi materinya kebanyakan sindiran ke presiden-presiden Amerika yang membuat Bush dan Obama sudah kebal. Biarpun Amerika kita kenal sebagai negara yang bebas namun untuk persoalan materi-materi sensitif kadang masih sering menjadi kontroversi dan itu berlangsung sampai sekarang. Karena kesenian ini adalah impor maka saya kira perlu ada penyesuaian dengan kultur yang ada di Indonesia yang katanya bersahaja dengan adat ketimuran. Jadi tidak bisa mengadopsi plak-plakan. Banyak hal yang harus dikompromikan. 

    Ada dua hal yang kita bisa cermati dari soalan ini. Pertama kesenian ini lahir ketika alam demokrasi indonesia sudah sejuk. kebebasan berpendapat dan kebebasan berekspresi telah dilindungi oleh undang-undang. Orang bebas ngomong apa saja tanpa lagi ada rasa takut sepanjang itu bisa dipertanggung jawabkan. Sudah banyak materi Stand up para Komika yang mem-bully habis SBY, berbicara masalah kaum Gay dan Lesbian atau membahas prilaku organisasi agama tertentu. Kedua saking sudah bebasnya kita berbicara banyak komika yang belum mampu melihat keadaan masyarakat Indonesia secara umum. Masyarakat masih begitu "bodoh" untuk menerima materi-materia dari mereka dan akan konyol jika para komika-komika itu menganggap masyarakat sekarang sudah "cerdas". jadi prinsip bebas dan kehati-hatian serta bertanggung jawab  menjadi satu kombinasi yang mutlak mau tak mau menjadi  pegangan para komika. Bebas yang bertanggung jawab. Berdirilah berbicara yang lantang namun duduklah sesekali.

    Selasa, 20 Januari 2015

    Mari Waras Melihat Sepak Bola

    By: Unknown On: Selasa, Januari 20, 2015
  • Share The Gag
  • Derby Tyne-Wear adalah salah satu derby dengan intensitas tinggi di Liga Primer Inggris. Derby ini mempertemukan antara Newcastle United vs Sunderland. Dalam rangka derby tersebut salah satu stasiun televisi berbayar mengundang fans club Newcastle United di Indonesia yang tergabung dalam IndoToon Army. Pada sesi wawancara terakhir presenter bertanya "apa harapan teman-teman IndoToon Army terhadap Newcastle United musim ini?"  dengan lugas mereka menjawab "yang penting tidak degradasi atau yang paling realistis di papan tengah kelasemen" jawaban yang masuk akal karena dalam beberapa musim terakhir Newcastle bisa dibilang termasuk dalam tim-tim medioker di Liga Primer. Disela-sela jawaban, sang presenter menyelak dengan berkata "dan harus finish di atas Sunderland",namun teman-teman IndoToon Army menyanggah "itu tidak menjadi penting karena kami orang Indonesia, persoalan derby panasnya antara Newcastle dan Sunderland tidak ada hubungannya sama kita, kami cuma fokus ke Newcastle-nya saja". 

    Sebuah jawaban brilian,waras dan sedikit sarkas menurut saya tentang apa yang dilontarkan oleh teman-teman IndoToon Army. Iya- sindirian atas realita sekarang karena efek meng-global-nya sepak bola. Jamak kita temui sekarang apalagi teman-teman di Twiter land. Setiap akhir pekan timeline pasti akan riuh karena sepak bola. Dari keriuhan itu selalu ada ketidak warasan yang terselip. liat saja rivalitas antara Barcelona dan Real Madrid menular sampai lintas benua termasuk di negara kita Indonesia. setiap Barcelona  kalah selalu saja ada fans Real Madrid berteriak kegirangan dengan sedikit ejekan begitupun sebaliknya. Wajarlah jika orang-orang Madrid yang berlaku seperti itu namun hal itu terjadi di Indonesia. What the Hell. Apakah kita juga harus ikut berpolemik karena persoalan politik Catalonia dan Spanyol? keep focus on your team, mate!. 

    Rivalitas antara Manchester United dan Liverpool juga menghadirkan ketidak warasannya sendiri. Pada saat Liverpool melakukan tour Asia nya tahun lalu di Malaysia. sempat terjadi insiden di salah satu tribun di Bukit jalil. Salah satu penonton dipaksa keluar stadion  karena menggunakan Jersey Manchester United. karena tak mau, penonton itu harus kena bogem mentah dari "pendukung" Liverpool. Harus di ingat kejadiannya di Malaysia. Mungkin nanti akan ada yang menulis Thesis atau Disertasi dengan judul "Bagaimana Sepak Bola Mampu Memecah Belah Persatuan Suatu Bangsa"hehehe. Belum lagi orang-orang yang latah saking kesem-semnya dengan Manchester United sampai menyebut dirinya Manchunian . Dari Wikipedia, Manchunian itu sebutan untuk penduduk asli Manchester,jadi orang-orang Indo yang nanti punya rejeki dan bisa langsung nonton di Old Trafford jangan teriak i'm Manchunian karena nanti bule-bule di sana heran bagaimana bisa ada Manchunian kulitnya sawo matang.LOL

    ketidak warasan lain juga lekat pada sepak bola dalam negri. 

    "#BayarkanGajiPemain atau kalian akan dikenang sebagai korban Makassar lautan api oleh generasi mendatang"

    Statemen nyeleneh di atas saya ambil dari retwit-an akun suporter PSM Makassar @Maczman_Ori dari salah satu followersnya. Cuitannya berkaitan dengan ketidak jelasan manajemen PSM sekarang dalam membayar gaji pemain yang berimbas pada kemungkinan PSM tak bisa lolos verifikasi untuk bermain di Liga Super Indonesia. Karena sebuah klub sepak bola dengan manajemen yang bobrok ada orang yang ingin membuat rusuh dan membakar kotanya sendiri. Entah apa yang ada di pikirannya. Mungkin bermaksud cuma sebuah simbol kekecewaan namun kadang akal sehat tak diikut sertakan. 

    Minggu lalu kelompok suporter klub Persika Karawang membuat aksi dengan meminta sumbangan kepada pengendara di jalan raya untuk menyelamatkan  klub mereka yang terancam tak bisa ikut kompetisi Divisi utama karena tak punya dana. Sebuah aksi heroik namun juga ironis. mereka harusnya paham sepak bola sekarang menuju ke era industri tak punya uang lebih baik mati. mau tidak mau. sudahi klub-klub sepak bola mengambil dana dari APBD. kalau tidak ada uang jangan dipaksakan. jangan lagi mengambil uang rakyat yang sejatinya untuk kesehatan, pendidikan, dan kesejahtraan masuk ke sepak bola dengan cuma-cuma tanpa pertanggung jawaban. 

    Cerita lain datang 2012 lalu, Rangga Cipta Nugraha seorang bobotoh Persib Bandung  meregang nyawa di GBK karena dikeroyok oleh JakMania. Salah satu rivalitas terpanas dan sangat tak masuk akal di Indonesia sampai harus melibatkan nyawa. Dari peristiwa ini rivalitas kedua pendukung klub makin meruncing.Sampai-sampai bobotoh di Bandung menyebut kematian rangga adalah Syahid. lelucon apa lagi ini????

    Berbicara sepak bola memang tak pernah ada habisnya, begitu nikmat sampai-sampai kadang kita tak menjadi waras menyikapinya. banyak orang sampai bisa bilang rela mati untuk tim kesayangannya. Ada kutipan menarik dari Zen RS tentang ini. "Tak ada satu kemenangan pun seharga nyawa". Nikmatilah sepak bola pada porsinya jangan susah-susah. Kalau ada yang berkata Football is Nothing without suporter (Sepak bola tak ada artinya tanpa pendukung) bagaimana kalau dibalik. Bagaimana jadinya suporter tanpa sepak bola??? sepak bola toh tetap akan jalan dan tetap dimainkan jika tribun-tribun stadion kosong melompong. Mari waras melihat sepak bola