Temukan Saya

Twitter : @daenggun Facebook: Darmawansyah Gunawan E-Mail : darmawangun@gmail.com

Sabtu, 14 Desember 2013

"Superioritas" Islam di Indonesia

By: Unknown On: Sabtu, Desember 14, 2013
  • Share The Gag
  • Mungkin judulnya agak sedikit  provokatif tapi percayalah isinya tidak sehebat judulnya kok..hehehe. Saya mengangkat Islam karena itu yang lebih dekat dengan saya, kebetulan saya seorang Muslim, dan Islam di Indonesia sangat seksi untuk kita ulik dan tenang saja tulisan ini sifatnya sangat-sangat  subjektif. Indonesia adalah negara dengan populasi Islam terbesar di dunia, di indonesia pula wajah Islam lain sendiri dengan negara-negara dengan mayoritas penduduknya beragama Islam. perlu di catat presentasi muslim di Indonesia mencapai 90 % dari total jumlah penduduk Indonesia (menurut google) yang artinya Islam betul-betul mendominasi secara teori namun faktanya tidak. 

    Kalau teman-teman memperhatikan di negara-negara yang penduduknya Mayoritas Muslim biarpun presentasinya tidak sebesar Indonesia, bebas melakukan apa saja atas nama Islam sebagai Mayoritas. Bebas menentukan kebijakan negara dan menguntungkan Islam. Mahzab apa yang harus tumbuh,pokoknya semau-mau mereka. Arab Saudi yang dikuasai paham Wahabi tidak memperbolehkan orang-orang non muslim masuk Mekkah & Madinah padahal ketika zaman nabi semua kepercayaan tumplek blek disitu. Di Iran selain Islam, kristen juga banyak disana tapi nama negaranya setelah revolusinya Imam Khomaini menjadi republik Islam Iran. Masa libur untuk hari raya Idul Fitri di sebagian negara-negara Arab hampir sebulan. Haram hukumnya orang-orang yang akan menjadi pemimpin dari kalangan Non Muslim. Hal-hal seperti di atas hampir semua berlaku di negara-negara yang mayoritas Islam (Timur Tengah & Afrika Utara). Yang terdekat tetangga kita Malaysia (saya kutip dari buku Nasional.is.me nya Pandji)  presentasi Islam dengan agama lain di sana perlu di catat cuma 60 % tapi undang-undang negaranya 80 % sangat-sangat berpihak kepada Islam dan umat Muslim. Masih tentang Malaysia, ingat tidak ketika Muslim di Malaysia menggelar demonstrasi penolakan gara-gara umat nasrani di sana menggunakan kata ALLAH juga untuk menyebut nama tuhan mereka...LOL (di Indonesia kata ALLAH juga di pakai agama di luar Islam untuk menyebut nama tuhannya). 

    Dari sedikit gambaran di atas  sebenarnya hal-hal tersebut sangat bisa terjadi dan berlaku di Indonesia. Dari presentasinya saja 90 % men 90 %.  Islam sangat superior, kalau mau Indonesia bisa menjadi negara Islam, kalau mau Indonesia bisa berasaskan syariat tapi kenapa itu tidak terjadi,di sinilah letak keunikkannya ("kehebatan" islam di Indonesia). Negara dengan mayoritas Muslim tapi partai-partai Islam tidak pernah menang dalam pemilu (ajaib). Pemimpin-pemimpin kita sudah banyak yang bukan Muslim, ruang-ruang publik tidak ada dikotomi agama mayoritas ataupun minoritas. Justru yang membela kaum minoritas adalah kaum mayoritas itu sendiri meskipun saya tidak pernah setuju ada kata-kata mayoritas dan minoritas. Saya juga tidak pernah setuju ada yang berteriak tentang intoleransi di indonesia,tirani mayoritas ke minoritas, kalaupun ada pasti sifatnya kasuistik bukan karena akibat sebuah sistem. Untuk menutup tulisan singkat ini saya ingin mengutip perkataan Yap Thian Him seorang cina yang namanya kini menjadi nama award untuk pejuang HAM di Indonesia, dia mengatakan "mayoritas dan minoritas itu bukan pada kwantitasnya tapi pada keberpihakannya". so berbahagialah kita menjadi Indonesia

    Jumat, 13 Desember 2013

    Komersialisasi Pendidikan

    By: Unknown On: Jumat, Desember 13, 2013
  • Share The Gag
  • Saya punya ponakan (anak dari kakak saya) umurnya hampir 3 tahun, kalau ingat gelak sama ketawanya saya suka senyum-senyum sendiri. Biarpun secara emosional saya tidak terlalu dekat karena intensitas saya bertemu dan bercengkrama dengannya amat jarang namun saya selalu rindu dengan tingkah polahnya yang menggemaskan. Karena intensitas bertemu yang  jarang itu lah (jarang pulang kampung) jadi saya ketika itu baru tahu bahwa dia sudah bersekolah. Bukan TK apalgi SD tapi play group yang kini dirubah oleh pemerintah dengan istilah PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Tidak ada yang aneh memang namun hal itu membuat saya kembali menerawang ke masa lalu dimana saya tumbuh dengan ingus naik turun sambil diusap kemudian berlari lagi mengejar bola dengan tanpa mengenal hal-hal tersebut entah itu Play Group ataupun PAUD. Bukan karena Ibu saya tidak mengenalkan tapi hal tersebut belum ada ketika itu. Terlepas mungkin alasan kakak saya "menyekolahkan" anaknya sebagai tempat "penitipan anak" sembari dia dan suaminya bekerja namun tentu akan menjadi pertanyaan apakah Play Group/ PAUD ini kebutuhan atau hanya sebuah trend yang di gembar-gemborkan sebagai bagian dari kehidupan keluarga modern?.

    Gambaran momok komersilnya pendidikan bukan hanya berkutat di level pendidkan tinggi namun tanpa kita sadari ternyata di tingkat paling dasar pun kini menggrogoti. Pasti setiap orang tua mempunyai alasan memasukkan anaknya ke PAUD atau Play Group  namun keadaannya lambat laun berubah menjadi sesuatu yang dulu bisa dipilih menjadi sesuatu yang wajib. Gambarannya begini, ketika saya kecil dulu atau kita-kita ini yang termasuk generasi MTV (paham maksud saya kan..hahah) orang tua kita bisa memilih kalau umurnya sudah cukup bisa langsung memasukkan anaknya ke SD tanpa harus ke TK dulu dan itu sah-sah saja. Karena memang menurut UU SISDIKNAS No 20 tahun 2003, SD (sekolah dasar) adalah tempat di mana semuanya bermula. Di situlah semua pertama kali anak di ajarkan hal-hal dasar-membaca,menulis dan berhitung namun makin kesini hal itu berubah. Di sinilah komersialisasi itu dimulai (pengingkaran UU),  pemerintah atau siapapun itu mengeluarkan peraturan bahwa anak-anak sebelum masuk SD sudah harus bisa membaca,menulis dan berhitung. Jadi beban guru-guru SD yang dulunya mengajarkan Calistung mau tidak mau pindah ke jenjang pre-school yang kita kenal dengan TK,Play Group/PAUD, hal inilah yang membuat TK,Play Group/PAUD seakan-akan wajib. Pernah dengar biaya masuk TK sekarang ataupun Play Group? pasti banyak yang heran ataupun tercengang termasuk saya melihat biaya masuk TK. Perlu di catat  ya ini TK dan biayanya adalah eng ing eng  yang paling murah adalah Rp 530.000- Rp 7.500.000 (di kota-kota besar) men WTF. SPP saya saja sampai saya selesai kuliah masih lebih banyakan itu, logika nya dimana masuk TK semahal itu, apa setelah lulus TK anak-anak ini sudah siap masuk dunia kerja? atau anak-anak ini sudah bisa menemukan Passion-nya setelah lulus Tk apa?

    Yang paling absurd adalah saya kutip dari materi Stand Up nya Ernest Prakasa (komik) ",yang lagi marak sekarang di kota-kota besar para orang tua sudah memasukkan anaknya ke sebuah "sekolah" padahal anaknya masih berumur 6 bulan". Men 6 bulan sudah di masukkan ke "sekolah" alasannya adalah kata para orang tua anaknya bisa belajar bersosialisasi dan belajar merangkak, what? bersosialisasi di umur 6 bulan dimana si anak cuma bisa menangis,menguap,minum susu,dan tidur, dipaksa untuk itu. Merangkak, seumur-umur saya melihat bayi merangkak tidak perlu sekolah hal tersebut sudah terpola secara alamiah sebagai bagian dari fase pertumbuhan.

    Satu lagi yang paling menggelikan kalau teman-teman menyimak ketika tahun ajaran baru ada beberapa SD dalam tahapan seleksi penerimaan siswa baru ada tahapan Interview/wawancara. Kalau orang tuanya yang di wawancara masih agak wajar meskipun menurut saya tidak perlu tapi ini calon siswa nya men yang di wawancara. Ada yang bisa membayangkan nda tujuan dan isi pertanyaan dari wawancara tersebut. 

    Melihat gejala ini pasti banyak orang yang ngeri menjadi orang tua, hal yang dulunya hanya sebuah "suplemen" kini harus menjadi "obat". Pendidikan yang terbaik memang harus mahal tapi harus sesuai porsi. Cukuplah pendidkan tinggi yang "terkomersilkan" janganlah menyentuh sampai akar. Biarlah tetap menjadi pilihan tidak harus berubah menjadi sesuatu yang seakan-akan wajib.

    Selasa, 12 November 2013

    Infotainment is Infotainment

    By: Unknown On: Selasa, November 12, 2013
  • Share The Gag
  • Tiba-tiba saja dalam beberapa hari belakangan ini,  salah satu band favorit saya Saint Loco wara wiri di semua Infotainment Tv nasional berkenaan dengan kejadian yang menimpa salah satu personilnya, Barry . vokalis band beraliran Nu Metal/Rapcore itu disiram air keras di sekitar wajah dan lehernya oleh orang yang tak dikenal saat habis manggung di Malang. mengejutkan memang tapi membuat saya lantas berpikir kalau tidak ada kejadian ini mana mungkin Barry dkk menjadi bahan berita. Tidak adakah yang tertarik memberitakan ketika band ini mampu sepanggung dengan band NOFX di Quebec, Kanada? atau adakah  yang tertarik meliput Project EAR, dimana Saint Loco berkolaborasi dengan beberapa musisi rock Asia Tenggara?, itu semua adalah bentuk prestasi yang telah dibuat tapi untuk jadi bahan berita,hohoho tunggu dulu jangankan jadi berita dilirikpun tidak oleh kamera Infotaiment. 

    Mungkin Saint Loco hanya jadi perwakilan dari "sampah"nya Infotainment kita. Saya teringat salah satu materi Sammy (Komik/Stand Up Komedian) di suatu Stand Up nya mengatakan adanya pergeseran makna dari Infotainment di Indonesia. Secara literari Infotainment adalah berita-berita dari dunia hiburan yang tentu saja sifatnya memberikan informasi yang diinginkan masyarakat. jadi kalau kita berbicara Infotainment isinya kira-kira seperti ini : Film apa yang akan dan lagi tayang di Bioskop, Agnes Monica akan konser di mana, lagu baru apa yang sedang hits dll. Bukan apa isi tas si selebriti A, perceraian si Artis B, atau si Aktor C lagi membuat bikin kolak (WTF). Dan yang lebih absurd adalah acara Infotainment yang menggunakan kata Investigasi di belakangnya namun isinya tentang jalan-jalan si Artis D, Investigasi??Men, you're drunk!!!. 

    Berita-berita tersebut sebenarnya sangat sangat tidak penting namun jam siarnya yang sudah seperti sholat lima waktu  (Pagi,Siang,Sore,Malam)  membuat siapun tiba-tiba menonton dan menganggapnya seolah-olah menjadi penting. Infotainment is Infotainment but In Indonesia is a BULLSHIT....

    Senin, 11 November 2013

    "Saya Siap Miskin Demi Negara Ini", are u kidding me????

    By: Unknown On: Senin, November 11, 2013
  • Share The Gag
  • Tulisan singkat ini saya tulis masih dalam euforia Timnas U-19 bukan soal kesuksesannya namun cerita-cerita menarik diluarnya. Mungkin kalo sebagian teman-teman sadar dan memperhatikan Timnas kita ini dalam pemberitaannya, paling Quoteable atau setiap kata-kata yang dilontarkan baik pelatih maupun pemain sangat  banyak yang bisa di kutip. Misalnya Evan Dimas dengan "Hanya Tuhan yang tidak bisa dikalahkan", Coach Indra Syafrie dengan "level kita sudah di atas Asia" dan yang paling menarik adalah beberapa minggu yang lalu pernyataan Evan Dimas yang akan menjadi inti tulisan saya ini, dia mengatakan "Saya siap miskin demi negara ini", Pernyataan ini dia lontarkan ketika ia ditanya oleh wartawan tentang mengapa ia menolak kontrak 300 juta yang ditawarkan kepadanya sebagai bintang iklan. 

    Banyak yang memuji sikap Evan namun saya melihatnya dari sisi berbeda, saya merasa pernyataan Evan ini anomali dengan situasi yang berkembang sekarang dan cari aman. Anomalinya begini, tanpa dia berkata seperti itupun banyak pesepak bola yang akhirnya "miskin" setelah dia pensiun karena kurangnya perhatian dari negara. Belum meng-industrinya sepak bola kita, dimana lagi mereka bisa mendapatkan penghasilan tambahan di tengah banyaknya klub yang collapse dan menunggak gaji pemainnya. Pada dasarnya memang membela Timnas adalah kebanggaan bukan faktor uang namun  efek ketika berprestasi mendatangkan uang, itu adalah konsekuensinya. 

    Pernyataan yang cari aman, ya itu kesan yang juga saya tangkap dari pernyataan yang dikeluarkan oleh Evan. Evan mencoba tidak melawan arus opini dari masyarakat yang mengatakan karir pesepak bola Indonesia akan mandek jika bermain iklan ataupun masuk infotainment. Hal ini ada karena  berkaca pada beberapa pesepak bola yang katanya gara-gara main iklan dan masuk infotainment permainannya menurun (are u kidding me?), yang sampai sekarang saya masih mencari korelasinya, apa iya karena gara-gara itu. Tidak bisa saya membayangkan bagaimana "hancurnya" Evan Dimas karena reaksi dan komentar masyarakat jika tiba-tiba Evan muncul di iklan sosis atau iklan apapun itu. 

    Messi dengan sederet iklannya menggenggam 4 kali pemain terbaik dunia. Ronaldo dari iklan shampo sampai sempak sekalipun menjadi salah satu pemain terbaik dan termahal dunia. jangan ditanya tentang David Bechkam iklannya bejibun tapi masih diperebutkan oleh klub-klub besar sampai dirinya memutuskan pensiun. Terakhir bagaimana dengan santainya Gerard Pique punggawa Barcelona masih menyempatkan menonton MotoGP valencia 5 jam sebelum bertanding. apakah konteksya berbeda? tentu tidak! so kenapa harus berbeda perlakuan cara pandang antara pemain kita dan pemain-pemain luar. perlu diingat level dan intensitas  permainan di sana (Eropa) sangat-sangat tinggi. jadi menurut saya biarkan mereka mendapatkan "nasi"nya sendiri ketika kita tidak mampu mensejahtrakan. 

    Minggu, 27 Oktober 2013

    Kenapa Harus Sepakbola?

    By: Unknown On: Minggu, Oktober 27, 2013
  • Share The Gag
  • Blog ini bukan blog khusus sepak bola namun karena saya sangat cinta permainan ini maka beberapa tulisan-tulisan saya terdahulu membahas sedikit tentang sepakbola termasuk kali ini. 'Kenapa harus sepak bola?', judul ini saya angkat karena membaca dari banyaknya statemen ataupun tanggapan insan olahraga nasional di luar sepak bola yang merasa kecewa atau malahan iri melihat bagaimana sepakbola kita mendapat perhatian dan porsi lebih banyak baik dari sisi pemberitaan maupun perhatian pemerintah dan masyarakat, meskipun olahraga ini tak kunjung berprestasi. Ada anekdot yang berkembang di Indonesia bahwa kalau berpikir olahraga ya Bulutangkis,kalau mau mendunia ya Bulutangkis,kalau mau menjadi maestro ya Bulutangkis, wajarlah pendapat ini mengemuka karena sudah terbukti bagaimana Bulutangkis berkali-kali mengharumkan nama bangsa, dari kejuaran regional sampai olimpide sekalipun.

    Permasalahan Bulutangkis kita skip dulu, kita kembali "kenapa harus Sepak Bola'? pemikiran sederhananya adalah Sepak Bola adalah olah raga paling populer di Dunia termasuk di Indonesia jadi masuk akal kalau mendapat porsi pemberitaan dan perhatian lebih dari masyarakat. dari sisi Ekonomi, Sepak Bola menjadi tempat "makan" ratusan bahkan jutaan orang. Sepak Bola adalah olahraga yang mempunyai kompetisi panjang yang digelar setiap tahunnya. di Eropa rata-rata satu musim kompetisi berjalan 9 bulan bahkan di Indonesia pernah hampir menggelar satu musim kompetisi selama setahun penuh karena persolan politik (Pilkada) di daerah. Dalam 9 bulan kompetisi itu berapa banyak sektor ekonomi bisa berjalan, berapa banyak orang bisa "makan" dari situ. saya ambil contoh di Indonesia, Liga Super Indonesia di ikuti oleh 18 tim/klub dengan sistem tandang dan kandang, setiap tim memiliki jatah menggelar laga kandangnya sebanyak 8-9 kali dalam semusim. Pertandingan di gelar setiap pekan dengan kapasitas stadion yang bisa menampung puluhan ribu orang (rata-rata stadion-stadion di Indonesia berkapasitas 20-30 ribu tempat duduk), di sinilah sepakbola membuat "pasar"nya sendiri, bagaimana tukang parkir sumringah setiap pekannya,belum lagi pedagang minuman-makanan, pedagang merchandise klub2 peserta, orang-orang yang diluar sepak bola pun bisa mendapat keuntungan dari situ dan ini berlangsung setiap tahun bisa di bayangkan bagaiman siklus ekonomi dibuat oleh olahraga ini. 

    Itu baru di Indonesia yang Sepak bolanya bisa dikatakan belum meng-Industri (sedang menuju kesana), di Eropa jangan ditanya, Industri sepakbola terbesar ada di sana bagaimana uang Triliunan bisa dengan mudah diucapkan dan digelontorkan. untuk urusan ekonomi di Sepakbola Eropa tidak perlu saya jelaskan panjang lebar, yang menarik di Eropa adalah orang-orang di "balik layar" dari industri tersebut, saya membaca beberapa artikel sepakbola dan bisnis bagaimana para Konglomerat, Taipan, Investor kelas Kakap Dunia tiba-tiba terjun dan "mengepung" Sepak bola Eropa, why? apakah usaha mereka mandek dan terancam bangkrut hingga beralih ke Industri sepak bola?, apakah industri sepakbola begitu menguntungkan? dan jawabannya cukup mencengngangkan, ternyata bukan tentang raupan keuntungan besar tapi persoalan keterkenalan dan selebritas. adakah dari teman-teman yang mengenal Roman Abramovic, pengusaha yang hartanya tak akan habis sampai sepuluh turunan ini sebelum mengakuisisi Chelsea 2003 silam?, . Adakah yang mengenal Tony Fernandes pemilik Air Asia ini di Eropa sebelum membeli Queen Park Rangers?, dan yang paling anyar si Erik Tohir pengusaha muda Indonesia yg membeli saham mayoritas Inter Milan yang tiba-tiba menjadi bahan pemberitaan di Eropa.

    "Kenapa harus Sepak Bola?" mungkin sudah sedikit di jawab oleh para konglomerat kakap itu, di balik keuntungan dan selebritas yang dapat di raup dan di genggam ada misi lain mereka yang secara tersirat bagaimana nama negara mereka terangkat hanya karena  olahraga ini (sepak bola). Roman Abramovic seperti menjadi duta Rusia di Eropa, Tony Fernandes yang membuat Malaysia makin Truly Asia, bagaimana Jakarta jadi bahan perbincangan di Italia, ibu kota negara asal Erik Tohir. jika kembali kita bertanya kenapa sepak bola? dan pasti akan ada yang nyeletuk "olah raga lain juga bisa begitu kok". ok celetukan itu coba saya sanggah  dengan membandingkan Sepak Bola dengan olahraga lain terutam olahraga secara Tradisional yang sudah mengakar di beberapa negara.

    Contoh di Indonesia misalnya, berbicara Indonesia kita akan membahas lagi tentang Bulutangkis, kita punya banyak juara Dunia di olahraga ini, mengharumkan nama bangsa di dunia internasional tapi benarkah memang seperti itu adanya?. adakah yang mengenal Rudi Hartono, lilyana Natsir, Tontowi Ahmad, Taufik Hidayat  di luar orang-orang yang terlibat atau pecinta olahraga ini (Bulutangkis)?, adakah yang tau bahwa India dan Pakistan beberapa kali juara Dunia Kriket? (olahraga yang secara tradisonal dikuasai oleh negara tersebut), adakah Australia menjadi headline pemberitaan seantero dunia ketika juara Dunia Rugby?, adakah memang Basket yang menjadikan Amerika seterkenal sekarang?, adakah Rusia di kenal akibat ratu-ratu cantik Tenis mereka?, dan jawabannya tidak,tidak, eh iya iya bisa jadi bisa jadi....

    "Kenapa harus Sepak Bola?" adakah yang tidak mengenal Cristiano Ronaldo, adakah yang tidak mengenal Lionel Messi saat ini?? saya yakin dan pastikan orang yang tak pernah menonton ataupun tidak suka dengan olah raga ini akan menjawab "iya saya tau, mereka pemain bola itukan". Siapa yang tidak kenal Bambang Pamungkas di Indonesia, cewek-cewek yang taunya cuma bedakan dan Siwon Suju kalau ditanya tentang atlet favoritnya di Indonesia  pasti dengan lantang menyebut Bambang Pamungkas.

    Siapa yang pernah mendengar nama Kroasia (negara yang baru merdeka kurang lebih 5 tahun ketika itu) sebelum Davor Suker dkk   menjadi juara ketiga Piala Dunia 1998 ,ada yang pernah mendengar Ivory Coast atau Pantai gading sebelum Drogba dkk menginvasi sepakbola Eropa dan lolos Piala Dunia 2006,  ada yang mengenal Trinidad & Tobago negara asal Dwight Yorke ini sebelum mereka juga lolos Piala Dunia, sampai ada yang nyeletuk lagi, ini Trinidad & Tobago sebelah mananya Bojong Soang sih?? LOL

    Begitu dahsyatnya olahraga ini sampai Der Kaizer Frans Beckenbauer (legenda sepak bola Jerman) mengatakan jika ingin melihat kemajuan sebuah negara lihat Sepak Bolanya, pernyataan yang begitu subjektif  tapi ada benarnya mengingat sepakbola memiliki tingkat kompleksitas yang begitu tinggi. Piala Dunia sepak bola yang digelar setiap 4 tahun sekali di tonton hampir setengah populasi dunia, yang mengalahkannya hanya Olimpiade, adakah olah raga yang bisa melakukan ini  selain Sepak Bola?(sory dari tadi nanya mulu hahaha). jadi mungkin sudah terjawab "kenapa harus sepak bola?", dalam konteks Indonesia biarpun tak kunjung berprestasi tapi sepak bola nasional berhak untuk di perjuangkan,karena efek yang diberikan begitu luar biasa, olahraga ini mampu menjadi "Humas" yang sangat efektif. mudah-mudahan kedepannya Indonesia tidak lagi dengan Bali, negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, dan Bulutangkis namun Indonesia dengan keindahan sepak bolanya.


    Sabtu, 29 Juni 2013

    You are The Apple of My Eye

    By: Unknown On: Sabtu, Juni 29, 2013
  • Share The Gag

  • Bukan mau sok-sok menulis resensi tentang film tapi entah kenapa setelah saya menonton "You are The Apple of My Eye" mendorong saya untuk melakukannya. Film ini saya tonton hampir seminggu lalu namun sampai sekarang saya masih terngiang-ngiang akan setiap adegan dan Quotes yang ada di dalam film tersebut, mungkin karena ceritanya yang RUAAAR BIAASAA bagusnya atau bisa jadi karena si Shen Chia-yi (Michelle Chen) pemeran utama wanitanya yang manisnya keterlaluan (gula mah lewat). Mungkin ada yang bilang saya berlebihan sampai saya pun menulis kata 'luar biasa' seperti yang ada  diatas, namun saya bisa jamin 100 % uang kembali *eh, untuk teman-teman film ini masuk dalam kategori WAJIB TONTON. Beberapa kali saya menonton fil-film Asia dengan tentu saja korea dan India sebagai perwakilannya, saya bisa katakan ini yang paling rekomended dan sekali lagi WAJIB TONTON. Dan yang jelas setelah menonton film ini perasaan kita akan bingung menentukan sikapnya antara kita ingin senang, sedih, tertawa atau malah kita dibuat bingung.

    Film ini adalah film Taiwan yang dibuat tahun 2011 (dan saya baru menontonya di 2013) yang disutradarai oleh Giddens Ko, berdurasi 110 menit. Kisah film ini dimulai dengan 2 pria yang menyuruh temannya untuk segera berangkat ke pernikahan. Kemudian penonton dibawa flashback ke masa remaja sang tokoh utama, Ko Ching-Teng (diperankan oleh Ko Cheng-Tung) atau panggilannya Ko-Teng. Ko Ching-Teng saat itu adalah pelajar SMA di suatu SMA di Taiwan dan bersahabat dengan Hsu Bo-Chun, si tukang ******* (sory saya sensor karena???), A-Ho, Lao-Tsao, Liao Ying-Hung alias Liao Gai-Bi. Ko-Teng dan teman-temannya merupakan murid bengal dan jahil sehingga nilai-nilainya tidak ada yang beres. Semua sahabat Ko-Teng menyukai dan berusaha mengejar murid terpintar di kelas, yaitu Shen Chia-Yi (Michelle Chen). Ko-Teng sendiri tidak terlalu tertarik pada Shen Chia-Yi. Hingga pada akhirnya, kenakalan Ko-Teng dan teman-temannya membuat Ko-Teng “berkenalan” dengan Shen Chia-Yi walau mulanya sikap di antara mereka saling judes.

    Hingga pada suatu hari, Ko-Teng, entah mengapa, menolong Shen Chia-Yi di saat dia memiliki kesempatan untuk menjahilinya. Shen Chia-Yi yang tidak paham mengapa Ko-Teng menolongnya, berusaha untuk berterima kasih dengan mengajarkannya pelajaran agar nilainya membaik. Dari sini lah, hubungan antara Ko Ching-Teng dan Shen Chia-Yi mulai tumbuh, kalau anak-anak sekarang bilangnya Unyu-unyu. Dari sini banyak konflik yang terjadi di antara mereka, juga melibatkan teman-teman mereka, hingga pada akhirnya penonton dibawa kembali pada acara pernikahan yang disebutkan di awal. Bagaimana ujung dari usaha teman-teman Ko Ching-Teng mengejar Shen Chia-Yi? Atau malah ada apa-apa antara Ko Ching-Teng dan Shen Chia-Yi? Jawabannya lihat saja filmnya yo. 

    Cerita yang ditawarkan 'You are The Apple of My Eye' sebenarnya sederhana, ringan, dan mirip dengan kehidupan sehari-hari. Mungkin hal ini terjadi karena film ini di adaptasi dari novel dengan judul yang sama yang ditulis oleh Giddens ko sang sutradara yang konon adalah kisah hidupnya sendiri ck..ck..ck. Benar-benar ringan, romantis, menghanyutkan bin maknyus. Tambahan sedikit film ini mungkin harus ditonton oleh yang sudah dewasa minimal 18 tahun ke atas karna banyaknya adegan-adegan 'konyol' yang layak sensor. Film ini benar-benar menguras energi jiwa dan raga meskipun yang saya bilang tadi bahwa ceritanya sederhana namun plotnya bagai roller coaster pasar malam. Tiba-tiba naik,tiba-tiba turun, tiba-tiba belok, tiba-tiba bergelombang. Dan yang paling penting film ini benar-benar menguras.....

    Dari film ini saya mengenal Shen Chia-yi (Michelle Chen)yang dari awal film mungkin terlihat biasa namun lama-kelamaan semakin kita masuk ke dalam  filmya semakin keterlalaluan dan kurang ajarlah pesona dari kecantikannya. Sebelum saya mengakhiri resensi amatiran ini, saya mengambil beberapa Quote dari film ini yang menurut saya menarik;

    Ini quote dari Shen Chia-Yi sesaat setelah dia memberikan tugas pada Ko Ching-Teng namun Ko-Teng mengejeknya bahwa Shen Chia-Yi meremehkannya.

     "yang aku pandang rendah bukan orang yang nilainya jelek. yang aku pandang rendah adalah orang yang sendirinya tidak mau belajar giat tetapi memandang rendah orang yang belajar giat"

    Ini quote ketika Ko Ching-Teng menerima nilai ujian yang bagus dan bergaya sok terhadap Shen Chia-Yi.

    "sebetulnya, apalah hebatnya mengerjakan ini. aku berani bertaruh 10 tahun lagi, walaupun aku tidak tahu apa itu 'log',hidupku akan baik-baik saja." 

    masih banyak Quote menarik lainnya, karena Adzan subuh sudah bekumandang jadi tulisan ini cukup sampai disini. wassalam

    Kamis, 27 Juni 2013

    Java Overland

    By: Unknown On: Kamis, Juni 27, 2013
  • Share The Gag
  • SOLO menjadi tempat yang membuat saya rindu untuk kembali (sory kalau agak lebay ), kota dimana kembali terangkat setelah walikotanya menjadi fenomena, kota yang membuat saya kagum tentang arti kebersahajaan. ini sekelumit cerita singkat yang saya bawa dari sebuah perjalanan singkat yang saya lakukan beberapa minggu yang lalu. sebuah cerita tentang kekaguman dan kebersahajaan (mempertegas). biarpun saya merasa sudah sering mengunjungi tempat-tempat yang baru, jujur saja saya masih sering mengeneralisasi bahwa selama masih di Indonesia semua pasti sama. jelas selama perjalanan dari ujung timur Jawa ke Ujung baratnya, yang ada dipikiran saya bahwa Makassar still the best city in Indonesia (sok2 British) seperti warga New York yang bangga menyebut dirinya New Yorker, seperti warga barcelona yang enggan di sebut spaniard Ck..Ck..Ck... dan otak saya selalu memaksa untuk mencari kesamaan dan perbedaan, kekurangan dan kelebihan Makassar dengan kota-kota yang saya singgahi selama perjalanan. 

    dan hasilnya adalah (disambut dengan musik 20 century fox dalam setiap opening filmnya)saya tidak menemukan kelebihan Makassar sebagai sebuah kota selain kelebihan pete-petenya (angkot) dalam arti sebenarnya..hehehe. Dari sisi kepadatan bangunan dan kontur kota mungkin sama dengan Makassar namun Solo sebagai sebuah kota mampu dibuat teratur dan tertata. Dari sisi mentalitas warganya saya rasa sangat timpang, disana saya merasa diajarkan bagaimana orang kota tinggal disebuah kota, dibanding di Makassar yang mengaku orang kota namun masih bermental kampung. Bukan bermaksud menjelekkan namun itu yang saya rasakan. 

    Sebagai contoh selama saya disana jarang sekali saya mendengar suara klakson kendaraaan entah itu motor ataupun mobil meski lalu lintas sedang ramai-ramainya,di Makassar jangan ditanya, di lampu merah yang jelas-jelas kita harus berhenti masih saja ada orang ciprik yang memainkan klaksonnya. Belum lagi ditengah-tengah kemacetan parah yang jelas-jelas maju kena mundur kena, kelakson seperti parade fufuzela alat musik afrika selatan yang terkenal akan kebisingannya selama piala dunia 2010 lalu. Saya pernah membaca kutipan seorang pengamat kota yang saya lupa namanya mengatakan seperti ini "kota yang peradaban dan kebudayaannya tinggi memiliki intensitas bunyi klakson kendaraannya yang rendah"  
    contoh lain yang membuat saya kagum, zebra cross yang di Makassar  hanya berfungsi sebagai mural..heheh menjadi tempat yang benar-benar aman untuk kita menyebrang, setiap kali ada warga yang akan menyebrang, serentak kendaraan seakan ada yang mengkomando untuk berhenti dan mempersilahkan orang-orang untuk menyebrang dan lagi-lagi tidak ada suara klakson. Dan yang lebih penting saya kira adalah warganya seakan-akan menjadi "humas" yang baik untuk kotanya yang jika saya menangkap, di jidat-jidat mereka tertulis selamat datang di kota kami mudah-mudahan anda merasa nyaman berada dikota kami selamat datang kembali, sesuatu yang mereka tidak katakan namun dari gerak pola tingkah laku mereka mengatakan itu kepada saya, itu lah yang mungkin disebut kebersahajaan. 

    mereka menunjukkan kepada saya bahwa seperti inilah sebenarnya kita bersikap sebagai warga kota, tidak perlu terlihat modern namun menunjukkan sebuah peradaban
    dalam tulisan saya ini banyak mengangkat interaksi di jalan raya karena menurut saya disitulah kita menemukan sebuah identitas dan entitas sebuah kota, menemukan wajah lugu dan tak berdosa dari sebuah kota. jika ingin melihat watak warganya lihatlah interaksi orang-orangnya di jalan raya. Makassar saya merasa akan seperti itu juga namun tidak sekarang, maklumlah karena kita yang ditimur baru merdeka kurang lebih 15 tahun sedangkan mereka merdeka sudah 68 tahun...heheheh. jadi peradaban kita tertinggal 50 tahun dengan mereka. hal-hal inilah yang membuat saya selalu ingin mengunjungi tempat-tempat yang baru,tidak sekarang mungkin nanti ketika konsep Indonesia tidak lagi ada di benak kita masing-masing, ketika konsep indonesia bisa kita tuliskan diatas kertas baik dari teman-teman yang di timur maupun yang dibarat dengan tarikan pinsil dan goresan pena yang sama..tsaaah, dan yang terakhir dan yang paling penting adalah kalau ada modal kodong,mungkin ada yang mau mensponsori..hehehhe.wassalam 

    Sabtu, 18 Mei 2013

    Hanya Di indonesia ( Indonesia Super League)

    By: Unknown On: Sabtu, Mei 18, 2013
  • Share The Gag
  • Membicarakan sepak bola tanah air belakangan ini sungguh tidak ada habisnya, mulai dari federasi yang bermasalah, liga yang terbelah menjadi dua dan tim nasional yang tak kunjung berprestasi. Syukurlah seiring dengan waktu, konflik itu sudah mulai reda hasil dari kongres luar biasa lalu, dengan stabilnya federasi (PSSI) sampai liga yang akan menjadi satu dengan Indonesia Super Liga masih menjadi tajuknya. Ngomong-ngomong tentang Indonesia Super Liga sedikit informasi, kata liga super berhak di sematkan ke liga Indonesia setelah memenuhi persyaratan yang disyaratkan oleh federasi sepak bola Asia mulai dari infrastruktur klub anggotanya dan yang paling utama Finansial tentunya. jadi kata super dalam sebuah liga bukan penambahan kata semau perut federasi sebuah negara tapi setelah melalui screening yang ketat. Perlu di catat setelah liga Indonesia menjadi Liga super, liga kita ini pernah menjadi liga no 7 di Asia, liga terbaik di Asia tenggara, dan liga yang rataan penontonnya terbanyak di Asia namun itu dulu sebelum konflik terjadi.

    Merujuk dari Judul yang saya taruh di atas, kalau teman-teman memperhatikan liga kita ini, akan ada fenomena, kebiasaan, lelucon yang mungkin hanya di Indonesia itu ada.

    1. Liga Indonesia termasuk liga di Asia dengan rataan penonton terbanyak. Sering kita melihat stadion bisa penuh sesak tanpa ada space satupun namun pihak panpel pertandingan menyatakan tiket tidak sold out malah masih ada setengahnya..LOL...(terus kenapa bisa stadion penuh)
    2. Hanya di Liga indonesia wasit pertandingan bisa di ganti dengan wasit lain atas perintah kapolda. ini terjadi ketika final Piala Indonesia antara Arema vs sriwijaya di solo beberapa tahun yang lalu. ini apa hubungannya polisi dengan aturan tekhnis sebuah permainan...brrr (kalau tidak paham bola begini ini jadinya..sana jaga keamanan saja pak)
    3. Hanya di Liga Indonesia seorang pemain tidak mendapatkan kartu apapun dari wasit ketika wasit itu di dorong sampai jatuh. peraturan internasional secara tegas mengatur tidak boleh memaki wasit apalagi mendorong. setiap pemain yang melakukan itu akan mendapatkan sanksi larangan bermain.
    4. Hanya di Indonesia sistem kontrak pemainnya tidak punya bentuk dan pakem, terserah klub tersebut maunya apa. jadi sangat jarang atau malah tidak pernah kita mendengar transfer jual beli pemain antar klub yang ada adalah negosiasi klub langsung dengan pemainnya. jadi tidak akan ada seorang seperti Arsene wenger di liga indonesia yang membuat pemain hebat lalu menjualnya mahal dan klubnya mendapat untung dari hasil penjualan pemain tersebut.
    5. Hanya di Indonesia asisten wasit tidak tahu yang mana on side mana off side.  jika jumlah off side satu klub dalam sebuah pertandingan ada 10 yakinlah yang 5 itu adalah on side.
    6. Hanya di Indonesia ada klub degradasi yang masih bertahan di kasta tertinggi (liga) karena adanya aturan klub degradasi terbaik, yaitu bontang FC pada tahun 2010..(inilah lelucon yang paling tidak lucu yang pernah saya lihat dan dengar, degradasi ya degradasi saja tidak perlu ada kata-kata terbaik di belakangnya dan harus turun kasta, ini malah bertahan)
    7. Hal absurd lainnya yang hanya ada di Indonesia ketika pemain bisa di ganti atas permintaan manajer bukan atas keinginan pelatih atau kepentingan strategi. (terus gunanya pelatih untuk apa ? )
    8.  Hanya di Indonesia suporter yang ada di dalam stadion memakai helm saat menonton. (awas kena tilang karena nda pake helm...menonton bola kok pake helm!!!)
    9. Hanya di Indonesia ada kata-kata sayang dan cinta terhadap televisi yang memegang hak siar pertandingan di dalam stadion di setiap pertandingan.
    10. Hanya di Indonesia komentar dari komentator pertandingan bisa merubah mood kita dari senang menjadi emosian..heheh (perhatikan komentator ISL ANtv lebay cetar membahana)
    mungkin yang diatas hanya sebagian dari hal-hal absurd yang ada di persepak bolaan kita dewasa ini namun saya tetap yakin akan ada perubahan yang lebih baik kedepannya menuju sebuah kejayaan sepak bola Indonesia. Semoga.

    Minggu, 05 Mei 2013

    "Sampah" Tukul di Televisi

    By: Unknown On: Minggu, Mei 05, 2013
  • Share The Gag
  • Me-repost lagi tulisan saya waktu tahun 2008 yang lalu, ketika itu acara Tukul masih bernama Empat Mata namun kini sudah berubah menjadi Bukan Emapat  Mata setelah di tegur dan di larang tayang oleh KPI (komisi penyiaran indonesia) karena konten acaranya yang dinilai...ah su..dah..lah..


    Mendengar nama Tukul Arwana, mungkin seantero nusantara tidak ada yang tidak mengenal sosok ini, berkat acara yang dipandunya “Empat Mata” yang katanya hampir ditonton oleh setengah rakyat Indonesia. Pada setiap jam pemutaran acara, tukul seakan menjelma menjadi sang super star di tengah hiruk-pikuk jet set negeri ini yang hanya selalu menghadirkan isu perceraian, perselingkuhan, dan kisah cinta putus-nyambung. Tapi disini saya menulis tulisan ini bukan untuk membahas hal itu tapi bagaimana saya melihat Tukul dengan sangat cerdas mengolah lelucon–lelucon sampah yang di buang di suatu tong yang bernama televisi.


    Mungkin saat kita melihat tontonan tersebut (Empat Mata) kita hanya menganggap sebagai tontonan biasa yang menghadirkan beberapa bintang tamu dengan tema tertentu dan sedikit lelucon tapi tidak menjadi biasa ketika lelucon –lelucon yang ditampilkan terkesan kasar malah bisa dikatakan kurang ajar dan sangat tidak mendidik. Kata-kata yang mengandung ejekan, terkesan sarkastik yang selalu menyerang bentuk fisik seseorang seakan mengalir begitu saja, belum lagi joke-joke yang menyerempet ke hal-hal yang terkesan porno. Mungkin sudah sangat lumrah jika umpatan, cacian, dan makian terjadi di negeri kita ini mulai dari kalangan bawah sampai yang dikatakan kaum elite sekalipun sehingga semua orang yang menonton acara tersebut menganggap sebagai hal yang biasa saja.



    Dalam perkembangannya, dunia pertelevisian khususnya acara-acara talk show yang ada di Indonesia tidak banyak mengalami perkembangan yang cukup berarti, di mana sebagian besar insan pertelevisian Indonesia masih sebagai plagiator bukan sebagai pencipta ide, sebagai contoh Dorce Show yang mengadopsi habis-habisan acara talk show tersukses di Amerika Oprah Winfrey Show ataupun acara Tali Kasih yang menggunakan sisi keprihatinan untuk menggaet simpati penonton, dari sisi yang lain Empat Mata hadir dihadapan Anda. Acara yang dipandu oleh Tukul tersebut menggaet simpati penonton dengan menjual lelucon yang sudah basi dan tak berkelas untuk ditonton di mana setiap episodenya selalu saja dengan setting yang sama. Ada yang berperan sebagai yang “teraniyaya” dan juga sebagai sang “penganiaya”, tidak jarang acara tersebut menyimpang dari tema karena pelakon-pelakonnya, asyik saling mengumpat dan mencaci. Penulis berkesimpulan bahwa acara-acara (talk show) di Indonesia yang bertemakan seperti ini akan laku dibanding dengan acara-acara yang terkesan kaku, formal dan sopan.



    Untuk itu kita sedapatnya mampu memilih dan memilah tontonan yang selayaknya kita tonton, saya menulis ini bukan bermaksud karena saya anti-tukul atau memprovokasi anda atau siapapun untuk tidak menonton acara tersebut namun mungkin dapat menjadi pertimbangan apakah acara itu layak ditonton apa tidak, karena masih banyak alternatif tontonan lain yang jauh lebih berkualitas dan memberikan banyak manfaat.

    Ibu Kota Negara

    By: Unknown On: Minggu, Mei 05, 2013
  • Share The Gag
  • Hari ini ketika saya sedang asyik memperhatikan TimeLine di Twitter, saya tertarik pada salah satu Tweet (@SupirPete2) yang menanyakan bagaimana pendapat anda kalau Makassar menjadi ibu kota negara, serentak para followers akun tersebut kebanyakan menjawab Tidak!!! dengan jawaban yang streotype bahwa kalau Makassar jadi Ibu Kota, Makassar akan macet, banjir, dan semrawut. Tentu saja jawaban tersebut merujuk pada kondisi jakarta saat ini sebagai ibu kota negara, tidak ada yang salah namun saya membacanya bahwa rata-rata pemikiran orang-orang tentang Ibu kota Negara tidak jauh-jauh pada hal-hal tersebut. Ada juga melalui perspektif orang jakarta itu sendiri, ketika itu saya menonton infotainment seorang artis diberikan pertanyaaan tersebut dengan lugasnya menjawab saya tidak setuju karena jakarta akan sepi, tempat-tempat nongkrong tidak ada lagi..LOL. 


    Perlu kita ketahui mungkin di Indonesia belum jelas pembagian Zona nya, yang baru jelas adalah pembagian zona waktu nya mulai barat, tengah, dan timur. kita belum memikirkan indonesia barat untuk apa, tengah mau di jadikan apa, atau timur mau menjadi pusat apa, yang terjadi sekarang representasi Indonesia ada di wilayah barat sedangkan Timur seakan-akan hanya menjadi "penyangga". Semua kemajuan ada di barat, jadi tidak heran jakarta sebagai Ibu kota negara menjadi sangat sumpek,semrawut, dan jauh dari kesan bersahaja sebagai sebuah kota. Ini disebabkan karena tanggungan Jakarta sedemikian besar. Jakarta menjadi pusat pemerintahan negara, Jakarta jadi pusat ekonomi Indonesia, Jakarta jadi pusat kebudayaan, Jakarta jadi pusat pendidikan. Bisa di bayangkan bagaimana beratnya Jakarta. Wacana pemindahan Ibu kota negara untuk sekarang ini memang sudah sangat Urgent, Jakarta sekarang berpenduduk sekitar 10 juta orang sedangkan banyak pulau di Indonesia yang besarnya 50 kali Jakarta cuma memiliki penduduk tidak lebih dari setengah populasi Jakarta.  Jadi bisa kita bayangkan bagaimana "Nerakanya" Jakarta. Untuk mengatasi itu, salah satu caranya adalah memindahkan beban jakarta sebagai Ibu kota negara namun sebagai pusat bisnis, ekonomi, dan budaya tetap di Jakarta. Jakarta di persiapkan sebagai kota yang siap bersaing dengan kota-kota lainnya di dunia seperti Singapura, Sydney, bangkok, dan Dubai dengan status bukan ibu kota negara lagi. Untuk urusan admistratif kenegaraan cuma ada di Ibu kota negara jika seumpama jadi di Pindahkan. So Ibu kota negara hanya berisi istana negara, kementrian, pusat pertahanan, dan tempat presiden tinggal beserta jajaran pemerintahannya beserta kedutaan besar negara-negara sahabat. kalau ingin mencari "hiburan" ya ke kota lain. 

    Sebagai contoh Australia menempatkan ibu kotanya di Canberra di mana pusat pemerintahan berada namun jika ingin mencari hiburan, berinvestasi, berbisnis tempatnya adalah Sydney. Yang paling gress adalah tetangga kita Myanmar yang ternyata sukses memindahkan Ibu kota nya ke Nypydaw menggantika Yangon yang dirasa sudah mulai sesak. Pemerintah Myanmar betul-betul membangun kota baru dengan Jalanan- jalanan yang lebar. Satu-satunya bangunan besar di sana adalah Istana kepresidenan. Atau kita bisa meniru Amerika yang sangat jelas dan berhasil dalam membagi fungsi-fungsi masing-masing kota. Washington DC sebagai ibu kota negara & pusat pemerintahan, New York sebagai daerah metropolitan dan pusat bisnis, Boston sebagai pusat pendidikan (Harvard), dan Nevada sebagai pusat Hiburan (Las Vegas).

    So kalau Makassar di angkat sebagai calon ibu kota Negara sah-sah saja tapi sudah sangat riskan karena Makassar terlanjur menjadi daerah metropolitan, landskap-nya sudah mentok. Palangkaraya yang diusulkan Soekarno dulu sangat pas karena bentang alam Palangkaraya masih memberikan ruang untuk di kembangkan menjadi Ibu Kota negara, jumlah penduduk yang sedikit,tanah yang belum terpakai masih sangat luas. jadi menjawab artis di Infotainment tadi yang berkata ibu kota pindah maka jakarta akan sepi tidak akan terjadi karena Jakarta tetap dipersiapkan oleh Indonesia untuk bersaing dengan kota-kota lainnya di dunia. jadiyang pindah hanya pusat pemerintahan negara bukan Mall nya DODOL..... 


          


     

    Jumat, 03 Mei 2013

    Fakultas Sastra Sebagai Institusi dan Epicentrum Pergerakan

    By: Unknown On: Jumat, Mei 03, 2013
  • Share The Gag
  • Judulnya memang terkesan berat dan serius namun isinya saya jamin ringan karena semua atas dasar pengalaman saya hidup,tinggal, belajar,kecewa, menemukan cinta, menemukan hidup (aseekk) di Fakultas Sastra Unhas. saya pernah merasa salah memilih dan menyesali keberadaan saya di fak. Sastra bagaimana tidak saya tidak pernah terpikir ada di tempat itu dan entah kenapa di Form SPMB lalu saya menulis Sastra inggris di salah satu isian untuk jurusan yang akan dipilih, saya berpikir sekarang jangan-jangan ada dorongan gaib waktu itu...hehehehe.


    Secara sederhana pasti keinginan saya memilih Sastra khusunya Sastra Inggris adalah bagaimana meningkatkan kemampuan saya berbahasa Inggris. Cuma itu yang ada di kepala saya waktu itu, sangat sederhana sampai saya pun salah kaprah mengenai jurusan Sastra Inggris kenapa salah karena di kurikulumnya sendiri sebenarnya pihak jurusan ataupun Universitas sudah mencap kita bahwa kita sudah belajar bahasa Inggris 6 tahun di mulai dari SMP-SMA jadi masuk ke jurusan Sastra Inggris tidak berangkat dari nol dalam kemampuan berbahasa Inggrisnya,lah saya biarpun sudah belajar di SMP-SMA saya merasa bahasa Inggris saya masih NOL, namanya Sastra Inggris kita harus belajar sastra yang bahasa aslinya Inggris otomatis kita harus tahu bahasa inggris, lah saya?. Ini juga tips untuk teman-teman yang ingin masuk di jurusan Sastra inggris,jika ingin masuk ke jurusan sastra Inggris dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris, saya sarankan lebih baik di tempat kursus saja yang banyak bertebaran tapi jika ingin belajar bahasa Inggris dan menambah khasanah keilmuan anda sebagai manusia entah itu sejarah, sosiologi,antropologi, dan keindahan sebuah ilmu lewat bahasa Inggris saya sarankan untuk anda masuk, ini juga berlaku bagi jurusan-jurusan lain di Fakultas Sastra.
    Secara institusi fakultas Sastra Unhas bervisi sebagai pusat kebudayaan yang Unggul berlandaskan budaya Maritim sesuai dengan visi Universitas. Bahasa sebagai salah satu unsur Budaya menjadi concern utama di dalamnya. Biarpun bahasa menjadi concern  namun dalam perkembangannya saya merasakan Sastra tidak tumbuh sebagaimana mestinya, mahasiswa sekarang termasuk saya dulu lebih menitik beratkan pada tekhnis bahasa saja namun tidak lagi menyentuh Sastra-nya jadi tidak heran bagaimana Fakultas Sastra tidak lagi memproduksi sastrawan ataupun  budayawan (biarpun tujuan utamanya bukan itu) namun orang-orang yang mahir berbahasa, yang seperti saya katakan tadi jangan sampai fakultas sastra menjadi seperti lembaga kursus, yang saya yakini sampai sekarang Sastra lebih dari sekedar itu. Sastra Unhas punya sumber daya yang mumpuni untuk menjadi pabrik para cendekia, Profesor yang memiliki sifat kenabian, dan pusat kebudayaan namun dengan sendirinya tergerus oleh sistem yang terbangun sekarang.

    Sastra adalah muara dari segala keindahan, Sastra adalah ruang tanpa batas, tanpa sekat, ruang di mana imajinasi di gaungkan. ketika ruang berekspresi, ruang berbicara, sampai ruang Imaginer itu ditutup maka sama halnya mematikan Sastra itu sendiri. Tidak heran Sastra menjadi salah satu epicentrum pergerakan Mahasiswa karena ruang-ruang yang sejatinya tempat belajar mereka di batasi, di sekat, sampai di bungkam. Ketika mahasiswa meneriakkan ketidak adilan disitulah sastra, ketika mahasiswa meneriakkan kemunafikan penguasa disitulah sastra, ketika mahasiswa bernyanyi dan menari melawan tirani disitulah sastra. Bagaimana sejarah mencatat pergerakan mahasiswa pada saat transisi orde lama-orde baru semua berpusat di Sastra dengan Soe hok gie yang menjadi aktornya. Pun sekarang saya merasa sejak saya kuliah sampai saya luluspun epicentrum pergerakan mahasiswa Unhas yang Murni ada di Sastra. Sekali lagi bukan karena Mahasiswa sastra sok kritis, sok membela kepentingan rakyat namun lebih dari itu adalah ruang mereka, panggung mereka, tempat belajar mereka berusaha di batasi bahkan ditutup sama sekali. Dengan sedikit cinta dan keras kepala, kabarkan Sastra pada mereka yang tak jelas berkata. Selamat datang di rumah kebudayaan. (jangan Anarkis yah...). ini pendapat saya ini tulisan saya kalau teman tidak puas atau rada-rada tidak nyambung mohon di komen dan di maklumi..hahahay               
     

    Rabu, 01 Mei 2013

    Sistem atau Orangnya yang Salah

    By: Unknown On: Rabu, Mei 01, 2013
  • Share The Gag
  • Karena permasalahan sosial di Indonesia sudah begitu kompleks mulai dari korupsi,birokrasi nakal,kesenjangan Ekonomi dan lain-lain maka kita sering mendengar perdebatan ini yang salah sistem apa orangnya sih?. saya mencoba memberikan pendapat tentang apa yang salah Sistem atau manusianya. 

    Kita percaya semua tingkah laku,gerak-pola interaksi Manusia dalam suatu tempat diatur dalam sebuah sistem, entah sistem yang dibuat sendiri oleh manusia itu sendiri atau sistem yang dibuat oleh Tuhan (agama). Berbicara persoalan Indonesia kekinian, sangat jelas bahwa ada sistem yang salah. Maraknya korupsi sebenarnya memperjelas borok sistem di Indonesia, mulai dari pengusaha,politisi, sampai menteri sekalipun wara-wiri di televisi karena terjerat kasus korupsi. Sampai-sampai yang disebut Ustad dan lembaga yang mengurusi agamapun tak ketinggalan terjerat. lantas saya berpikir apakah serusak itu moral-moral manusia Indonesia sampai pemuka agamanya pun ikut. Apakah memang betul-betul manusianya?. Sebenarnya tidak seratus persen benar jika manusianya yang salah sekali lagi pola gerak,tingkah manusia di atur dalam sebuah sistem dan sitem itulah yang membuat kasus korupsi di Indonesia marak. Sistem itu yang membuat bagaimana korupsi bisa dengan mudahnya dilakukan. Sistem yang membuat orang yang tidak berniat korupsi tiba-tiba korupsi karna sistem memberi celah. Kita berlomba-lomba berteriak lantang Indonesia harus bebas korupsi, law enforcement (penegakan hukum) yang konsisten namun disisi lain sistem kita mendukung korupsi itu bisa terjadi. 

    UU Otonomi Daerah dalam satu pasalnya memberikan ruang seluas-luasnya bagi pemerintah daerah mengatur sendiri daerahnya tujuannya baik namun sekarang Otoda menciptakan raja-raja kecil di indonesia yang sangat susah tersentuh karena kewenagan yang luar biasa. Sistem birokrasi multi pintu (hehe istilah saya sendiri) padahal sebenarnya biasa disederhanakan dengan satu pintu saja. Hal ini membuat banyak celah dan celah itu yang termanfaatkan sekarang untuk diselewengkan. Sistem pemilihan kepala daerah secara langsung yang tujuannya agar rakyat lebih dekat dan tahu detail calon pemimpinnya (di luar alasan kita sebagai negara Demokrasi) jadi sumber masalah baru. Bagaimana sistem ini mempertontonkan kapitalisasi manusia luar biasa, mengakibatkan muncul istilah high cost Democracy bagaimana modal (uang) bermain di dalamnya. yang namanya modal harus berkembang harus berlipat entah sumbernya nanti dari mana. mungkin masih banyak contoh bagaimana kita membangun sistem yang mendukung sendiri agar kita korupsi.

    Saya yakin di Eropa dan Amerika ataupun China yang termasuk rendah tingkat korupsinya bukan manusianya baik-baik, ahlaknya bagus, bermoral sampai tidak korupsi namun sistem yang di bangun di sana tidak ada celah sama sekali untuk kita bisa korupsi,kewenagan orang per orang sangat di batasi. sekali lagi Sistem yang kurang lebih mempengaruhi apakah mau baik atau buruk jalannya sebuah negara,kumunitas, ataupun pemerintahan.Kita bisa  melihat Singapura sebagai contoh. Negara paling bersih di Dunia karena pemerintahnya betul-betul menegakkan hukum tidak mencla-mencle bagi siapapun yang buang sampah sembarangan. Orang yang membuang sampah akan dikenakan denda 300 dollar Singapura kira-kira setara dengan 2 juta  rupiah dan ini dilaksanakan betul-betul oleh pemerintahnya. Akibatnya orang-orang indonesia yang banyak berlibur ke Singapura tiba-tiba menjadi sangat tertib. tidak membuang sampah sembarangan ataupun merokok di tempat umum. tapi seketika pulang kembali ke Indonesia kembali lagi kebiasaan membuang sampah sembarangan dilakukan. Sama halnya ketika orang-orang Singapura berlibur ke Batam,Kepulauan Riau. Dengan seenaknya membuang sampah sembarangan. Hal ini menunjukkan bagaimana sistem bisa memaksa kita menjadi "baik" dan bagaimana sistem bisa memaksa kita menjadi "jahat"  

    Sekampung-kampungnya orang, seudik-udiknya orang yang baru masuk ke Mall tidak akan meludah di dalam Mall saking bersihnya, karena kebersihan itu memaksanya untuk tidak meludah ditempat tersebut. Namun kalau kita ke pasar tradisional mana becek nggak ada ojek (ups.hehhe),kumuh. Sekota-kotanya kita semaju-majunya kita, di sana mungkin kita tidak lagi meludah tapi sudah muntah saking kotornya. Karena kotor itulah memaksa kita untuk meludah dan muntah. Mungkin hal diatas bisa menjelaskan keadaan sistem di Indonesia jadi saya berkesimpulan tetap bahwa Sitem yang salah bukan orangnya. karena Manusia tempatnya salah...heheheh..apa kah??? 



         

    Senin, 29 April 2013

    Makassar Menuju Kota Dunia Yang Salah Kaprah

    By: Unknown On: Senin, April 29, 2013
  • Share The Gag
  • Saya bukan asli Makassar namun saya memperhatikan kota ini dengan cukup seksama. Selama hampir 8 tahun saya hidup, menetap, berinteraksi di kota ini ada perasaan senang,bangga, resah,dan kadang dongkol bagaimana kota ini sejatinya masih mencari jatidiri. Tidak bisa dipungkiri Makassar bukan saja milik warga Makassar itu sendiri namun sudah menjadi kebanggaan masyarakat Sulawesi-Selatan. Ada perasaan senang bahwa Makassar kini sudah menjelma sebagai salah satu kota besar di Indonesia di luar Jawa selain Medan, dalam indeks pembangunan manusianya Makassar menjadi yang pertama di KTI (kawasan timur Indonesia) dan menjadi yang ke-7 secara nasional tidak heran bagaimana Makassar disebut-sebut sebagai Epicentrum indonesia kini yang mencoba bangkit dari timur (ketika Jawa dan Sumatra sudah begitu sesak), menjadi gerbang Indonesia timur, dan segala kemajuan yang telah diraih.

    Saya selalu percaya bahwa setiap kota di bangun dengan sebuah konsep yang mampu memanusiakan manusia. Bagaimana konsep itu harus sejalan dengan pola gerak dan interaksi manusia. Faktor Psikologis dan Sosiologis harus selalu menjadi pertimbangan, dan tentunya konsep aman dan nyaman bagaimana kota harus ramah kepada siapapun yang ada di dalamnya. Mungkin terdengar klise karena permasalahan ini hampir menjadi permasalahan disemua kota di Indonesia pun Jakarta yang berlabel ibu kota negara, namun untuk Makassar mungkin masih punya waktu untuk memikirkannya dari sekarang.

    Untuk itu pemerintah kota Makassar mencetuskan visi bahwa Makassar akan menjadi kota Dunia. kota Dunia? menjadi pertanyaan dibenak saya atau mungkin teman-teman, Makassar menjadi kota dunia dengan apa dan bagaimana?. Dan kita bisa lihat sekarang perkembangan Makassar dalam rangka menuju Kota Dunia, bangunan tinggi dimana-mana, membangun jalan layang, hotel-hotel berbintang, pusat-pusat niaga yang menjamur, jalan di perlebar sampai 4 ruas,reklamasi pantai di mana-mana, saking pesatnya pembangunan di Makassar sampai ada anekdot bahwa sehari saja meninggalkan Makassar dan kembali keesokan harinya akan ada lagi bangunan baru yang menjulang.

    Tapi benarkah Kota dunia seperti itu dengan mengorbankan kenyamanan Manusianya? anomali yang terjadi dari itu semua adalah kesemrawutan menandakan bahwa adanya konsep salah kaprah mengenai kota Dunia. Untuk apa pembangunan pesat jika manusia tidak diikut sertakan dalam artian dibuat nyaman, dibuat mereka menjadi manusia. Pembangunan ruas jalan baru dan pelebaran jalan bukan solusi mengurai kemacetan malah memberi ruang baru, tidak ada hak untuk pejalan kaki karena konsepnya masih menggunakan jalan sebagai tempat mesin-mesin (mobil,motor) bukan untuk manusia. reklamasi pantai yang saya tahu tujuannya baik tapi apakah sudah di pikirkin ketahanannya dalam kemampuan menghadapi perubahan iklim. Kota jauh dari kata bersih dengan sampah di mana-mana. 

    Belum lagi persoalan Manusianya, klise kita mendengar Makassar bisa Macet karena Mahasiswanya doyan demo, tidak tanggung-tanggung demonya bisa di lima titik di dalam kota. Belum lagi media nasional yang berfungsi sebagai humas  yang sangat efektif memperkenalkan makassar sebagai kota yang rawan tawuran dan aksi kriminal. Apakah memang konsep kota dunia seperti itu dengan membangun sebanyak-banyaknya dan setinggi-tingginya tanpa memperhatikan manusianya. Jika melirik kota-kota dunia tidak usah jauh-jauh Singapura mampu menerapkan konsep kota Dunia yang bersahaja tanpa mengabaikan manusianya.

    Mapala dan Kelatahan yang Mengikuti

    By: Unknown On: Senin, April 29, 2013
  • Share The Gag


  • Dalam perjalanannya dunia petualangan di Indonesia maju dan berkembang pesat. Ditunjukkan makin banyaknya prestasi anak bangsa dalam dunia kepetualangan saat ini, kalau megukurnya dari sisi kepetualangan itu sendiri bagaimana misalnya dimulai pada era Norman Edwin (Mapala UI) yang tewas di Argentina dalam misinya menaklukkan 7 puncak tertinggi dunia, ada Korps pasukan khusus (kopasus) bersama Wanadri yang melirik juga dan mampu menaklukkan Mount Everest, yang terakhir teman-teman dari mahasiswa Universitas Parahyangan Bandung yang mampu menyelesaikan 7 Puncak teringgi dunia. Perkembangan lain yang sangat nyata adalah maraknya acara-acara di TV nasional yang mengangkat tentang perjalanan dan petualangan, hal ini menunjukkan bahwa dunia kepetualngan atau dunia kepencinta alaman punya tempat tersendiri. Yang sangat nyata tentu tumbuh suburnya kelompok-kelompok yang bergenre kepetualangan mulai dari kampus (Mapala) sampai komunitas di masyarakat (KPA).

    Saya cukup lama berkecimpung dalam dunia kepencinta alaman terutama selama saya di kampus dulu. Mempelajari persolan sejarah, interaksi, dan bagaimana sebuah kegiatan kepetulangan itu disusun dan di rencanakan. Ada yang unik sebenarnya jikalau kita jeli melihat bahwa teman-teman dalam komunitas ini sebenarnya punya anekdot,tingkah laku, dan cara bersosialisasi yang eksklusif yang tanpa di sadari di bentuk sendiri oleh mereka. Namun bukan itu yang saya akan bahas tapi persolan Kesejarahan Mapala (Mahasiswa Pecinta Alam), karena saya berasal dari Mahasiswa pecinta alam sewaktu kuliah dulu jadi itu yang menurut saya lebih dekat untuk saya ceritakan. Kita tahu semuanya atau ada teman-teman yang belum tahu bahwa kata Mapala pertama kali dicetuskan pada kurun waktu 1964-1965 oleh mahasiswa-mahasiswa Universitas Indonesia Untuk menamakan kelompok mereka yang gemar naik gunung. Pada saat itu memang sudah dikenal istilah pecinta alam namun untuk istilah Mapala baru mahasiswa UI yang menggunakannya yang di ambil dari singkatan Mahasiswa pecinta alam dan ada juga menyebutkan bahwa istilah itu diambil dari nama buah yang disebut Gajah Mada dalam sumpahnya untuk menyatukan nusantara. 

    Jadi kalau mendengar nama Mapala maka kita akan merujuk ke satu titik yaitu Mapala UI bukan yang lain biarpun kita tidak menambahkan Kata UI di belakangnya maka tetap kata Mapala itu akan merujuk ke UI bukan yang lain. Pembelokan makna itu yang terjadi sekarang kata Mapala menjadi jamak dan latah digunakan oleh kalangan kampus dalam menamakan kelompok pecinta alam mereka. Tidak ada yang salah dari situ karena si empunya nama juga tidak keberatan akan persoalan itu namun pengetahuan tentang sejarah penamaan coba saya share supaya kita sama-sama belajar. 

    Untung saja teman-teman UI tidak meng-Hak Patenkan nama itu karena jika iya siapaun organisasi yang akan memakainya harus terlebih dahulu mengurus admistrasi dan membayar royalti atas penggunaanya dalam hal ini di atur dalam UU Hak Kekayaan Inteletual. Jadi penggunaan terminologi Mapala bukan merujuk pada Mahasiswa yang bergelut di dunia pecinta alam tapi Mapala merujuk pada satu Institusi yaitu UI jadi jika menyebut Mapala yang ada dipikiran kita cuma UI bukan yang lain. Salam Lestari....

    Sabtu, 30 Maret 2013

    Madrid & Barca di Tengah Para "Groupis"

    By: Unknown On: Sabtu, Maret 30, 2013
  • Share The Gag
  • Saya tidak fanatik pada sebuah klub sepak bola namun saya cukup memperhatikannya. Saya ingin membahas real madrid salah satu klub tersukses di Planet ini. Hal yang membuat saya menulis ini adalah untuk fans Barcelona yang menyerang habis-habisan  fans Madrid  tentang klub terbaik. ada salah satu tweet teman yang saya baca " klub terbaik adalah dihuni pemain terbaik yang diproduksi sendiri bukan membeli pemain yang memang sudah baik dan menjadi klub terbaik" kira-kira begitu. 

    Ini merujuk keberhasilan klub Barcelona menguasai dunia lewat pemain-pemain yang mereka hasilkan dari akademi mereka sendiri, dan dengan pongahnya memaki para fans Madrid tentang persoalan itu. Sekali lagi saya bukan pecinta kedua klub tersebut saya cuman pecinta sepak bola namun saya menganggap para fans Barca ini melontarkan pernyataan yang tidak berdasar tentang Madrid. Kalo ditilik diakhir 90-an dan di awal 2000-an waktu itu Madrid lagi jaya-jayanya dengan sederet bintang-bintang lokal dari hasil produksi klub tersebut sebut saja Iker casillas, Ivan Helguera, Salgado, Fernando Hiero, Guti, Pavon, Redondo,Morientes, dan Raul Gonzales sedangakan Barcelona saat itu tenggelam dalam persaingan dan skuad mereka yang di isi oleh pemain2 impor yang bukan hasil produk dari klub tesebut sebutlah misal Patrik Kluivert, Frank de Boer, Philip Cocu,Rivaldo,Marck Overmars, dan Jari Litmanen. 

    Jadi agak tidak fair jika hal itu diangkat pada konteks kekinian tanpa melihat waktu kebelakang. Saya kira persoalannya adalah kebikakan klub masing-masing. ketika dulu timnas Spanyol di isi oleh para madridista sekarang oleh para culles yah karena memang waktu membawanya...so setiap klub punya sejarahnya punya kisah suksesnya dan masa kelamnya. jadi membayangkan jika facebook dan twitter sudah ada sepuluh atau lima belas tahun yang lalu agak pesimis ada twit atau status seperti di atas,,,hehehehe

    Gool yang Meng-Global

    By: Unknown On: Sabtu, Maret 30, 2013
  • Share The Gag

  • Maraknya tayangan olah raga di televisi khususnya sepakbola membuat euforia tersendiri. Televisi-televisi swasta beradu membeli hak siar demi memuaskan dahaga pecinta bola tanah air mulai dari liga Inggris,Italia,Jerman,Perancis, Spanyol, dan juga Indonesia beserta acara-acara tambahan diluar sepak bola itu sendiri yang masih berkaitan tentunya. Namun kalau kita jeli melihat atas apa yang tersampaikan diatas adalah seiring maraknya acara tersebut bermunculan juga para pecinta atau fans dari salah satu klub, membuat sebuah komunitas yang saya lebih senang menyebut mereka para "Groupis" di kalangan anak muda di indonesia. 

    Ada United indonesia untuk fans Manc United, ada FCBI untuk Barcelona, MCFC untuk Manc City dan banyak lagi "Groupis-Groupis" lainnya. Keberadaan mereka menjadi salah satu keabsahan dari sebuah produk Globalisasi. Semakin tidak terbatasnya dunia membuat hal ini menjadi mungkin, saya sangat kagum dengan permainan indah yang diciptakan oleh manusia yang bernama sepak bola, saya rela tidak tidur untuk bisa melihat aksi-aksi para pemain di subuh hari namun untuk membuat sebuah group atau masuk ke sebuah fanbase klub luar negri saya akan menjawab No Thanks

    Saya suka sepak bola, namun membuat saya tidak fanatik,saya mencintai permainanya bukan pada sebuah klub atau negara tertentu (tapi kalo timnas Indonesia, bolehlah). Bukannya saya anti pati dengan para "groupis-groupis" itu namun saya cuma masih bingung ada sekelompok anak muda di Indonesia mengagung-agungkan sebuah klub di Inggris sana misalnya sampai katanya rela mati untuk klub tersebut,Hellllooooo. apapun dilakukan untuk klub tersebut. padahal secara geografis Indonesia dan Inggris sangat jauh, satu di Asia dan satunya di Eropa, pengaruh langsung klub tersebut dengan pemuda-pemuda itu apa sehingga bisa mengambil sikap seperti itu, yang satu untung yang satunya buntung. 

    Klub-klub tersebut mendapatkan untung dari penjualan merchandise dan kita rela membelinya disini berapapun harganya, terus kita dapatnya apa?. Yang paling menggelikan adalah fenomena di sosmed jika pertandingan berlangsung akan ada perang makian, kata-kata kotor antar sesama anak bangsa gara-gara klub tersebut, hellooooo!!!, yang di Inggris sana mungkin akan mengatakan SIAPA ELU jika melihat realitas tersebut. Ya kita sama-sama tahu dan bukan sebuah rahasia, semua ini cuma hasil dari produk global pengeruk keuntungan (kapitalis) namun saya tidak anti akan hal itu, bagian dari sebuah budaya Pop saat ini yang saya yakin disemua dada dan hati para "groupis" tersebut hanya akan tersisa Pseudo kesenangan atau kemarahan. Ya menjadi sebuah kesenangan dan kemarahan yang semu terbalut dalam sebuah masa dan budaya..