Temukan Saya

Twitter : @daenggun Facebook: Darmawansyah Gunawan E-Mail : darmawangun@gmail.com

Kamis, 27 Juni 2013

Tagged Under:

Java Overland

By: Unknown On: Kamis, Juni 27, 2013
  • Share The Gag
  • SOLO menjadi tempat yang membuat saya rindu untuk kembali (sory kalau agak lebay ), kota dimana kembali terangkat setelah walikotanya menjadi fenomena, kota yang membuat saya kagum tentang arti kebersahajaan. ini sekelumit cerita singkat yang saya bawa dari sebuah perjalanan singkat yang saya lakukan beberapa minggu yang lalu. sebuah cerita tentang kekaguman dan kebersahajaan (mempertegas). biarpun saya merasa sudah sering mengunjungi tempat-tempat yang baru, jujur saja saya masih sering mengeneralisasi bahwa selama masih di Indonesia semua pasti sama. jelas selama perjalanan dari ujung timur Jawa ke Ujung baratnya, yang ada dipikiran saya bahwa Makassar still the best city in Indonesia (sok2 British) seperti warga New York yang bangga menyebut dirinya New Yorker, seperti warga barcelona yang enggan di sebut spaniard Ck..Ck..Ck... dan otak saya selalu memaksa untuk mencari kesamaan dan perbedaan, kekurangan dan kelebihan Makassar dengan kota-kota yang saya singgahi selama perjalanan. 

    dan hasilnya adalah (disambut dengan musik 20 century fox dalam setiap opening filmnya)saya tidak menemukan kelebihan Makassar sebagai sebuah kota selain kelebihan pete-petenya (angkot) dalam arti sebenarnya..hehehe. Dari sisi kepadatan bangunan dan kontur kota mungkin sama dengan Makassar namun Solo sebagai sebuah kota mampu dibuat teratur dan tertata. Dari sisi mentalitas warganya saya rasa sangat timpang, disana saya merasa diajarkan bagaimana orang kota tinggal disebuah kota, dibanding di Makassar yang mengaku orang kota namun masih bermental kampung. Bukan bermaksud menjelekkan namun itu yang saya rasakan. 

    Sebagai contoh selama saya disana jarang sekali saya mendengar suara klakson kendaraaan entah itu motor ataupun mobil meski lalu lintas sedang ramai-ramainya,di Makassar jangan ditanya, di lampu merah yang jelas-jelas kita harus berhenti masih saja ada orang ciprik yang memainkan klaksonnya. Belum lagi ditengah-tengah kemacetan parah yang jelas-jelas maju kena mundur kena, kelakson seperti parade fufuzela alat musik afrika selatan yang terkenal akan kebisingannya selama piala dunia 2010 lalu. Saya pernah membaca kutipan seorang pengamat kota yang saya lupa namanya mengatakan seperti ini "kota yang peradaban dan kebudayaannya tinggi memiliki intensitas bunyi klakson kendaraannya yang rendah"  
    contoh lain yang membuat saya kagum, zebra cross yang di Makassar  hanya berfungsi sebagai mural..heheh menjadi tempat yang benar-benar aman untuk kita menyebrang, setiap kali ada warga yang akan menyebrang, serentak kendaraan seakan ada yang mengkomando untuk berhenti dan mempersilahkan orang-orang untuk menyebrang dan lagi-lagi tidak ada suara klakson. Dan yang lebih penting saya kira adalah warganya seakan-akan menjadi "humas" yang baik untuk kotanya yang jika saya menangkap, di jidat-jidat mereka tertulis selamat datang di kota kami mudah-mudahan anda merasa nyaman berada dikota kami selamat datang kembali, sesuatu yang mereka tidak katakan namun dari gerak pola tingkah laku mereka mengatakan itu kepada saya, itu lah yang mungkin disebut kebersahajaan. 

    mereka menunjukkan kepada saya bahwa seperti inilah sebenarnya kita bersikap sebagai warga kota, tidak perlu terlihat modern namun menunjukkan sebuah peradaban
    dalam tulisan saya ini banyak mengangkat interaksi di jalan raya karena menurut saya disitulah kita menemukan sebuah identitas dan entitas sebuah kota, menemukan wajah lugu dan tak berdosa dari sebuah kota. jika ingin melihat watak warganya lihatlah interaksi orang-orangnya di jalan raya. Makassar saya merasa akan seperti itu juga namun tidak sekarang, maklumlah karena kita yang ditimur baru merdeka kurang lebih 15 tahun sedangkan mereka merdeka sudah 68 tahun...heheheh. jadi peradaban kita tertinggal 50 tahun dengan mereka. hal-hal inilah yang membuat saya selalu ingin mengunjungi tempat-tempat yang baru,tidak sekarang mungkin nanti ketika konsep Indonesia tidak lagi ada di benak kita masing-masing, ketika konsep indonesia bisa kita tuliskan diatas kertas baik dari teman-teman yang di timur maupun yang dibarat dengan tarikan pinsil dan goresan pena yang sama..tsaaah, dan yang terakhir dan yang paling penting adalah kalau ada modal kodong,mungkin ada yang mau mensponsori..hehehhe.wassalam 

    0 komentar:

    Posting Komentar