Temukan Saya

Twitter : @daenggun Facebook: Darmawansyah Gunawan E-Mail : darmawangun@gmail.com

Rabu, 01 Mei 2013

Tagged Under:

Sistem atau Orangnya yang Salah

By: Unknown On: Rabu, Mei 01, 2013
  • Share The Gag
  • Karena permasalahan sosial di Indonesia sudah begitu kompleks mulai dari korupsi,birokrasi nakal,kesenjangan Ekonomi dan lain-lain maka kita sering mendengar perdebatan ini yang salah sistem apa orangnya sih?. saya mencoba memberikan pendapat tentang apa yang salah Sistem atau manusianya. 

    Kita percaya semua tingkah laku,gerak-pola interaksi Manusia dalam suatu tempat diatur dalam sebuah sistem, entah sistem yang dibuat sendiri oleh manusia itu sendiri atau sistem yang dibuat oleh Tuhan (agama). Berbicara persoalan Indonesia kekinian, sangat jelas bahwa ada sistem yang salah. Maraknya korupsi sebenarnya memperjelas borok sistem di Indonesia, mulai dari pengusaha,politisi, sampai menteri sekalipun wara-wiri di televisi karena terjerat kasus korupsi. Sampai-sampai yang disebut Ustad dan lembaga yang mengurusi agamapun tak ketinggalan terjerat. lantas saya berpikir apakah serusak itu moral-moral manusia Indonesia sampai pemuka agamanya pun ikut. Apakah memang betul-betul manusianya?. Sebenarnya tidak seratus persen benar jika manusianya yang salah sekali lagi pola gerak,tingkah manusia di atur dalam sebuah sistem dan sitem itulah yang membuat kasus korupsi di Indonesia marak. Sistem itu yang membuat bagaimana korupsi bisa dengan mudahnya dilakukan. Sistem yang membuat orang yang tidak berniat korupsi tiba-tiba korupsi karna sistem memberi celah. Kita berlomba-lomba berteriak lantang Indonesia harus bebas korupsi, law enforcement (penegakan hukum) yang konsisten namun disisi lain sistem kita mendukung korupsi itu bisa terjadi. 

    UU Otonomi Daerah dalam satu pasalnya memberikan ruang seluas-luasnya bagi pemerintah daerah mengatur sendiri daerahnya tujuannya baik namun sekarang Otoda menciptakan raja-raja kecil di indonesia yang sangat susah tersentuh karena kewenagan yang luar biasa. Sistem birokrasi multi pintu (hehe istilah saya sendiri) padahal sebenarnya biasa disederhanakan dengan satu pintu saja. Hal ini membuat banyak celah dan celah itu yang termanfaatkan sekarang untuk diselewengkan. Sistem pemilihan kepala daerah secara langsung yang tujuannya agar rakyat lebih dekat dan tahu detail calon pemimpinnya (di luar alasan kita sebagai negara Demokrasi) jadi sumber masalah baru. Bagaimana sistem ini mempertontonkan kapitalisasi manusia luar biasa, mengakibatkan muncul istilah high cost Democracy bagaimana modal (uang) bermain di dalamnya. yang namanya modal harus berkembang harus berlipat entah sumbernya nanti dari mana. mungkin masih banyak contoh bagaimana kita membangun sistem yang mendukung sendiri agar kita korupsi.

    Saya yakin di Eropa dan Amerika ataupun China yang termasuk rendah tingkat korupsinya bukan manusianya baik-baik, ahlaknya bagus, bermoral sampai tidak korupsi namun sistem yang di bangun di sana tidak ada celah sama sekali untuk kita bisa korupsi,kewenagan orang per orang sangat di batasi. sekali lagi Sistem yang kurang lebih mempengaruhi apakah mau baik atau buruk jalannya sebuah negara,kumunitas, ataupun pemerintahan.Kita bisa  melihat Singapura sebagai contoh. Negara paling bersih di Dunia karena pemerintahnya betul-betul menegakkan hukum tidak mencla-mencle bagi siapapun yang buang sampah sembarangan. Orang yang membuang sampah akan dikenakan denda 300 dollar Singapura kira-kira setara dengan 2 juta  rupiah dan ini dilaksanakan betul-betul oleh pemerintahnya. Akibatnya orang-orang indonesia yang banyak berlibur ke Singapura tiba-tiba menjadi sangat tertib. tidak membuang sampah sembarangan ataupun merokok di tempat umum. tapi seketika pulang kembali ke Indonesia kembali lagi kebiasaan membuang sampah sembarangan dilakukan. Sama halnya ketika orang-orang Singapura berlibur ke Batam,Kepulauan Riau. Dengan seenaknya membuang sampah sembarangan. Hal ini menunjukkan bagaimana sistem bisa memaksa kita menjadi "baik" dan bagaimana sistem bisa memaksa kita menjadi "jahat"  

    Sekampung-kampungnya orang, seudik-udiknya orang yang baru masuk ke Mall tidak akan meludah di dalam Mall saking bersihnya, karena kebersihan itu memaksanya untuk tidak meludah ditempat tersebut. Namun kalau kita ke pasar tradisional mana becek nggak ada ojek (ups.hehhe),kumuh. Sekota-kotanya kita semaju-majunya kita, di sana mungkin kita tidak lagi meludah tapi sudah muntah saking kotornya. Karena kotor itulah memaksa kita untuk meludah dan muntah. Mungkin hal diatas bisa menjelaskan keadaan sistem di Indonesia jadi saya berkesimpulan tetap bahwa Sitem yang salah bukan orangnya. karena Manusia tempatnya salah...heheheh..apa kah??? 



         

    1 komentar: