Pertandingan kemarin agak susah
kita cerna dengan akal sehat, Philipina yang sepuluh tahun lalu cuma
penggembira kini bisa mengalahkan kita, bukan 1 gol namun kita diberondong 4
gol tanpa kita mampu membalas. Yang menyakitkan dari kekalahan itu adalah
permainan kita yang di bawah standar dengan hiasan Backpass yang salah berujung penalti, backpass yang ditangkap kiper seakan-akan peraturan itu belum
diajarkan,dan satu kartu merah. Sampai sampai Pundit Fox Sport mengatakan bahwa
permainan kita layaknya anak sekolah dengan lini belakang seperti kriminal,
saya tidak tau maksudnya kenapa lini belakang kita dianggap penjahat.
Banyak yang berteriak bahwa yang
salah adalah Riedl. Dalam “hukum” sepak bola menjadi pelatih artinya harus
menjadi pesakitan dan yang terhina dari sebuah kegagalan. Riedl terlihat sangat
paham akan hal itu sehingga sesaat setelah pertandingan Riedl tanpa ba bi bu
langsung berbicara “saya akan meninggalkan Indonesia, maaf saya tidak bisa
membawa Indonesia Juara. Saya yang mengambil tanggung jawab tentang ini semua
kalau ada yang anda salahkan, salahkanlah saya”. biarpun masih ada pertandingan
terakhir tampaknya Riedl kadung pesimis tentang peluang timnya. Tentang apakah
100% dari kegagalan ini karena faktor Riedl semata? saya kira kurang adil jika
kita menumpahkan semuanya kepada pria Austria itu.
Saya masih selalu yakin kegagalan
terus menerus timnas kita karena salah urus PSSI. Sepanjang tahun ini
Riedl sudah berteriak bahwa porsi waktu untuk timnas sangat sedikit. Kompetisi
panjang 11 bulan dimana berakhir 10 hari sebelum AFF Cup digelar, tidakkah ini
konyol. apa cukup buat Riedl membangun ke-kimian antar pemain dengan waktu
sesempit itu? Apakah pemain masih punya tenaga setelah terkuras habis di liga
yang maha panjang itu?. Banyak yang bilang ini masalah klasik di negri ini
tinggal pintar-pintarnya Riedl saja menyiasatinya tapi mbo ya jangan 10 hari
juga lah. AFF Cup itu Piala Dunia nya kita, di situlah level kita yang
sesungguhnya dimana di setiap penyelenggaraan kita selalu menjadi salah satu
unggulan. Kalau kita terus-terusan keok di ajang ini, lalu di level mana lagi yang
bisa membuat kita terus berharap. Liga-liga di Eropa dengan segala kemajuan sepak
bolanya memberikan tenggat waktu 2 bulan dari berakhirnya kompetisi menuju
gelaran turnamen yang akan diikuti timnasnya, apakah kita sudah lebih baik dari
Eropa???
Jika kita memperhatikan, sebenarnya Riedl belum mendapatkan formasi yang baku & pemain inti untuk
skuadnya sampai dimulainya turnamen. Pemain baru lengkap ketika ujicoba
terakhir melawan Suriah setelah yang terakhir bergabung pemain dari Persib dan
Persipura,harus diingat pertandingan melawan Suriah seminggu sebelum AFF. Itu terlihat dari gamangnya Riedl menentukan formasi ketika begitu
yakinnya dia dengan formasi 4-2-3-1 melawan Vietnam lalu dipertandingan kedua
dia mengubahnya menjadi 4-4-2. Lini tengah yang amburadul karena belum
sepahamnya para pemain entah taktik maupun strategi. Kemampuan Boaz gagal
dieksploitasi karena kikuknya dia dengn Van Dijk. Masalah fisik sangat jelas
terlihat, terkurasnya pemain di liga membuat langkah pemain sangat berat karena
yang tersisa tinggal ampasnya. Harusnya itu semua sudah teratasi sebelum
turnamen namun apa daya sempitnya waktu membuat Riedl akhirnya hanya mampu
meraba selama pertandingan berlangsung.
Yang patut dicermati di setiap
sesi wawancara dengan wartawan, Riedl selalu mencoba untuk tidak frontal
terhadap PSSI mengenai keluhannya itu bahkan malah cenderung membela PSSI.
Sampai-sampai entah keceplosan atau tidak dia menyebut La Nyalla (Waketum PSSI) dengan “Mr
President”. Sikap yang ditunjukkan itu menjadi menarik karena Riedl terlihat
sangat melindungi PSSI, dia mengesankan bahwa tak ada yang salah dengan PSSI
namun dari beberapa kesempatan, secara tersirat dia merasa tak diberi ruang.
Memang banyak menimbulkan pertanyaan kenapa Riedl bisa sangat feminim kepada Johar
dkk yang membuat kita makin selalu curiga bahwa peristiwa jual beli
pertandingan final AFF cup antara Indonesia & Malaysia empat tahun lalu
memang benar adanya dimana salah satu aktornya adalah Riedl. Tapi sudahlah mudah-mudahan
itu hanya gossip yang tak pernah ada.
Kalau saya mau menyalahkan Riedl,
saya akan salahkan kenapa dia masih percaya membawa beberapa pemainnya yang di
AFF 2010 lalu ke tim ini sekarang, yang notabene di liga pun mereka sudah mulai
usang. Membawa pemain usang ketika beberapa pemain di timnas U-23 Asian games
lalu dan timnas U-19 pantas naik kelas ke level senior guna menggantikan
Ridwan, Zulkifli, Robby, dan Firman yang terlihat jelas sudah kepayahan.
0 komentar:
Posting Komentar