Temukan Saya

Twitter : @daenggun Facebook: Darmawansyah Gunawan E-Mail : darmawangun@gmail.com

Rabu, 26 November 2014

Tagged Under:

Jadi Siapa yang Salah?

By: Unknown On: Rabu, November 26, 2014
  • Share The Gag

  • Pertandingan kemarin agak susah kita cerna dengan akal sehat, Philipina yang sepuluh tahun lalu cuma penggembira kini bisa mengalahkan kita, bukan 1 gol namun kita diberondong 4 gol tanpa kita mampu membalas. Yang menyakitkan dari kekalahan itu adalah permainan kita yang di bawah standar dengan hiasan Backpass yang salah berujung penalti, backpass yang ditangkap kiper seakan-akan peraturan itu belum diajarkan,dan satu kartu merah. Sampai sampai Pundit Fox Sport mengatakan bahwa permainan kita layaknya anak sekolah dengan lini belakang seperti kriminal, saya tidak tau maksudnya kenapa lini belakang kita dianggap penjahat.

    Banyak yang berteriak bahwa yang salah adalah Riedl. Dalam “hukum” sepak bola menjadi pelatih artinya harus menjadi pesakitan dan yang terhina dari sebuah kegagalan. Riedl terlihat sangat paham akan hal itu sehingga sesaat setelah pertandingan Riedl tanpa ba bi bu langsung berbicara “saya akan meninggalkan Indonesia, maaf saya tidak bisa membawa Indonesia Juara. Saya yang mengambil tanggung jawab tentang ini semua kalau ada yang anda salahkan, salahkanlah saya”. biarpun masih ada pertandingan terakhir tampaknya Riedl kadung pesimis tentang peluang timnya. Tentang apakah 100% dari kegagalan ini karena faktor Riedl semata? saya kira kurang adil jika kita menumpahkan semuanya kepada pria Austria itu.

    Saya masih selalu yakin kegagalan terus menerus timnas kita karena salah urus PSSI. Sepanjang tahun ini Riedl sudah berteriak bahwa porsi waktu untuk timnas sangat sedikit. Kompetisi panjang 11 bulan dimana berakhir 10 hari sebelum AFF Cup digelar, tidakkah ini konyol. apa cukup buat Riedl membangun ke-kimian antar pemain dengan waktu sesempit itu? Apakah pemain masih punya tenaga setelah terkuras habis di liga yang maha panjang itu?. Banyak yang bilang ini masalah klasik di negri ini tinggal pintar-pintarnya Riedl saja menyiasatinya tapi mbo ya jangan 10 hari juga lah. AFF Cup itu Piala Dunia nya kita, di situlah level kita yang sesungguhnya dimana di setiap penyelenggaraan kita selalu menjadi salah satu unggulan. Kalau kita terus-terusan keok di ajang ini, lalu di level mana lagi yang bisa membuat kita terus berharap. Liga-liga di Eropa dengan segala kemajuan sepak bolanya memberikan tenggat waktu 2 bulan dari berakhirnya kompetisi menuju gelaran turnamen yang akan diikuti timnasnya, apakah kita sudah lebih baik dari Eropa???

    Jika kita memperhatikan, sebenarnya Riedl belum mendapatkan formasi yang baku & pemain inti untuk skuadnya sampai dimulainya turnamen. Pemain baru lengkap ketika ujicoba terakhir melawan Suriah setelah yang terakhir bergabung pemain dari Persib dan Persipura,harus diingat pertandingan melawan Suriah seminggu sebelum AFF. Itu terlihat dari gamangnya Riedl menentukan formasi ketika begitu yakinnya dia dengan formasi 4-2-3-1 melawan Vietnam lalu dipertandingan kedua dia mengubahnya menjadi 4-4-2. Lini tengah yang amburadul karena belum sepahamnya para pemain entah taktik maupun strategi. Kemampuan Boaz gagal dieksploitasi karena kikuknya dia dengn Van Dijk. Masalah fisik sangat jelas terlihat, terkurasnya pemain di liga membuat langkah pemain sangat berat karena yang tersisa tinggal ampasnya. Harusnya itu semua sudah teratasi sebelum turnamen namun apa daya sempitnya waktu membuat Riedl akhirnya hanya mampu meraba selama pertandingan berlangsung.

    Yang patut dicermati di setiap sesi wawancara dengan wartawan, Riedl selalu mencoba untuk tidak frontal terhadap PSSI mengenai keluhannya itu bahkan malah cenderung membela PSSI. Sampai-sampai  entah keceplosan atau tidak dia menyebut La Nyalla (Waketum PSSI) dengan “Mr President”. Sikap yang ditunjukkan itu menjadi menarik karena Riedl terlihat sangat melindungi PSSI, dia mengesankan bahwa tak ada yang salah dengan PSSI namun dari beberapa kesempatan, secara tersirat dia merasa tak diberi ruang. Memang banyak menimbulkan pertanyaan kenapa Riedl bisa sangat feminim kepada Johar dkk yang membuat kita makin selalu curiga bahwa peristiwa jual beli pertandingan final AFF cup antara Indonesia & Malaysia empat tahun lalu memang benar adanya dimana salah satu aktornya adalah Riedl. Tapi sudahlah mudah-mudahan itu hanya gossip yang tak pernah ada.

    Kalau saya mau menyalahkan Riedl, saya akan salahkan kenapa dia masih percaya membawa beberapa pemainnya yang di AFF 2010 lalu ke tim ini sekarang, yang notabene di liga pun mereka sudah mulai usang. Membawa pemain usang ketika beberapa pemain di timnas U-23 Asian games lalu dan timnas U-19 pantas naik kelas ke level senior guna menggantikan Ridwan, Zulkifli, Robby, dan Firman yang terlihat jelas sudah kepayahan.

    0 komentar:

    Posting Komentar