Terlalu banyak hal yang dibuat
seakan-akan itu adalah kebutuhan. Terlalu banyak hal yang seakan-akan itu menjadi
masalah utama. Bermaksud menonton berita untuk mendapatkan informasi namun
kenyataannya informasinya bukan untuk kita. Parahnya itu dilakukan hampir
seluruh televisi yang menggelari diri sebagai Tv Nasional.
Hampir berbulan-bulan kita
disuguhkan berita permasalahan Ahok yang ditolak Front Pembela Islam menjadi
Gubernur di jakarta dan berita itu terus digoreng sampai kini hingga mencapai titik
kulminasi dengan konyolnya kita dipertontonkan bahwa sekarang Jakarta punya dua
Gubernur. Entah ini berita untuk siapa karena orang-orang yang di luar Jakarta
tidak punya kepentingan apa-apa dari permasalahan itu. Kalau televisi berlomba-lomba
sebagai agen pencerdas bangsa mungkin harus dibalik dulu logikanya, yang mau
mencerdaskan dulu yang harus waras. Setiap hari berita itu ada dan kita semua diajak berusaha mencari solusinya seakan-akan ketika masalah itu selesai saudara
sebangsa kita di Papua menjadi sejahtera, nelayan-nelayan di pesisir selatan
Jawa menjadi makmur, dan tidak ada lagi masalah lingkungan di Kalimantan yang
sebentar lagi hutannya akan habis.
Ribut masalah terpecahnya Golkar
jadi dua. Tontonan perebutan kursi kekuasaan politik nan nikmat penuh
intrik. Tapi apalah berita itu dibanding saudara kita diperbatasan yang
akhirnya harus memilih berpindah menjadi warga Negara sebrang karena tak
terperhatikan, apalah berita itu dibanding saudara Papua kita untuk sekolah
saja tara mampu. Apalah arti berita itu
dibanding saudara kita di NTT yang dari lalu teriak kapan sumber air menjadi
dekat.
Ayo mari kembali waras masalah
kita bukan Gubernur DKI yang bukan Islam, masalah kita bukan Golkar yang
kembali dipimpin Ical, masalah kita bukan karena sekarang Syahrini ada KW-nya,ayo kembali menjadi waras masalah kita bukan Cita Citatah yang setiap hari
mengerang sakitnya tuh di sini, masalah kita bukan Rafi Ahmad yang tidak lagi
sendiri karena katanya telah menemukan takdirnya, masalah kita buaaanyak lebih dari sekedar itu.
.
0 komentar:
Posting Komentar